TIGA PULUH ENAM : Arion Efran, Brisa Demetrius & Jagat Dihyan

922 40 6
                                    

Brisa dengan gelisah menatap ponselnya, sedari tadi pesannya pada Jagat sama sekali belum dibalas

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Brisa dengan gelisah menatap ponselnya, sedari tadi pesannya pada Jagat sama sekali belum dibalas.

"Mungkin dia matiin ponselnya, Bri," Arion kesal sekaligus cemburu melihat Brisa yang tak lepas dari ponselnya sejak satu jam yang lalu.

"Matiin gimana sih? Ini tandanya aja delivered kok," Brisa merepet, sepertinya rasa sakitnya sudah hilang.

"Ya, mungkin lagi nggak pegang ponsel. Kondisi dia ada kan nggak ada yang tahu," Arion menaikkan bahunya.

"Nggak ada yang tahu, atau kamu tahu tapi nggak mau kasih tahu aku?" tanya Brisa.

"Kok kamu jadi nuduh aku nyembunyiin kondisi Jagat sih?" nada suara Arion sedikit menaik.

"Ya, abis jawaban kamu aneh. Rillo selalu nggak jawab, Ayara sama Air juga kayak ngehindar,"

"Terus kamu cuma nuduh aku? Kenapa cuma aku yang kamu curigain?"

"Soalnya kamu...,"

"Kenapa? Karena aku juga suka sama kamu? Pikiranku nggak sesempit itu Bri. Dan soal Jagat nggak balas pesan kamu, itu diluar kendaliku--aku nggak tahu kondisi dia sekarang kayak apa Bri," jelas Arion. Padahal ia pikir, dengan Jagat menghilang tanpa kabar begini Brisa akan menyalahkan cowok tersebut--tapi sekarang sahabatnya ini malah menuduh dirinya.

Brisa memicingkan matanya menatap Arion yang seolah ingin mengaturnya sementara lelaki itu juga bergeming dengan pendapatnya tadi. Lalu dengan kasar Brisa menaruh ponselnya di lemari nakas di samping kasurnya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur memunggungi Arion sembari meringis perlahan karena terlalu kencang tubuhnya yang sakit dan pegal mengenai kasur.

"Bri...,"

"Pulang sana, aku mau tidur." ucapnya dari balik punggungnya.

"Tidur aja, Bri. Aku disini kok."

"Aku mau tidur, Arion." tegas Brisa, menekankan setiap kata yang diucapkannya dengan nada sedikit menyentak. Arion menghela nafasnya berat dan lalu keluar dari ruang rawat, meninggalkan Brisa.

Ditutupnya pintu itu lalu ia bersandar, seutas senyum licik menyeringai samar di bibirnya. Dari kaca pintu, Arion bisa melihat Brisa yang keras kepala masih memunggunginya. Laki-laki bertubuh tinggi itu mengelus pintu kamar lalu berjalan menjauh.

"Gue yang ada buat lo, Bri. Cuma gue."

Sosok Cirillo terlihat datang dari arah berlawanan dengan tas jinjing di tangan kirinya--sepertinya itu berisi keperluan Brisa.

"Tumben lo udah selesai besuknya, ada kerjaan tambahan?" Cirillo mengerenyitkan alis heran--padahal biasanya Arion baru akan pulang ketika jam besuk habis atau bahkan hingga malam dan menggantikan Cirillo atau Kikan.

"Bri lagi nggak mood ditemenin sama gue," ujar Arion.

"Eh? Kalian berdua berantem?" tanya Cirillo lagi.

Midnight Madness (Jeno,Jaehyun & Johnny) -END-Onde histórias criam vida. Descubra agora