TO MY FIRST : Mahardika Arsenio, Brisa Demetrius & Jagat Dihyan (1)

798 31 12
                                    

Kondisi Brisa mulai membaik tapi ia belum diperbolehkan pulang dari rumah sakit, semalam Kikan dan Cirillo datang untung menjenguk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kondisi Brisa mulai membaik tapi ia belum diperbolehkan pulang dari rumah sakit, semalam Kikan dan Cirillo datang untung menjenguk. Namun keduanya sama sekali tak tahu masalah yang terjadi diantara Brisa dan Maha kini, yang mereka tahu hanyalah Brisa tak sadar tengah hamil dan kelelahan.

"Aku boleh video call sama Nala, Mas?" tanya Brisa seusai sarapan paginya datang.

"Nggak perlu," Maha membereskan sisa sarapan Brisa dan menaruh nampan di meja. 

"Mas...," Brisa berusaha meraih tangan Maha namun ditepis lelaki Arsenio itu.

Suasana begitu hening. Saking heningnya, Brisa dapat mendengar hela nafas masing-masing. Kini ditangan suaminya itu terdapat ipad dan netra lelaki Arsenio itu tengah menatap layar tersebut dengan cermat. 

Brisa menelan ludah, jangankan selama menikah--selama mengenal Maha sejak di bangku kuliah, ia tak pernah mengalami situasi sedingin ini dengan sosok dihadapannya ini. Ia sadar, kalau kesalahannya terlampau fatal--dirinya masih beruntung karena Maha masih mau merawatnya dan menutupi konflik mereka dari keluarga. 

Kepala Brisa terasa cukup pening, rasanya ia perlu mengganti posisi tempat tidurnya. Perempuan itu dengan susah payah mengambil remote yang terletak di sebelah kiri kepalanya. Tangan kanannya yang masih dialiri infus bergerak perlahan, namun belum selesai Brisa dengan usahanya, sebuah tangan terjulur dan meraih remote tersebut terlebih dulu.

"Kamu bisa bilang sama saya," Maha memencet tombol. 

Rasanya sesak mendengar Maha membahasakan dirinya dengan kata 'saya', lelaki itu benar-benar ingin menciptakan jarak.

"Makasih, Mas," ujar Brisa. 

Maha kembali menekuri pekerjaannya, Brisa memutuskan menyalakan televisi dengan harapan sayup-sayup suara dari alat elektronik itu bisa mengusir perasaan tak nyamannya. Sesekali dari sudut matanya, Brisa melirik kearah Maha yang tak bersuara. 

"Kalau ngantuk, sebaiknya kamu tidur," Maha bukannya tak menyadari kalau sedari tadi perempuan itu terus mencuri tatap kearahnya. 

"Boleh aku minta peluk?" sebut saja Brisa tak tahu diri, entah karena rasa bersalahnya atau hormonnya sebagai ibu hamil. Rasanya dekapan Maha adalah sesuatu yang diinginkan Brisa saat ini. 

Untuk sesaat netra kecoklatan Maha menatap Brisa, perempuan Demetrius itu bingung--apakah itu berarti suaminya itu enggan, marah atau bahkan tak habis pikir dengan permintaannya barusan. 

"Kalau mas keberatan, nggak apa-apa," Brisa kembali menatap layar LED berukuran 42 inch tersebut. 

"Iya, kamu boleh peluk saya," Maha menaruh ipadnya di meja dan beringsut membawa kursi putih tersebut lebih dekat kearah Brisa. 

Perempuan itu menghembuskan nafas lega dan kini bangun dan benar-benar dalam posisi terduduk. Brisa menyerukkan kepalanya di dada bidang Maha, sepertinya sudah lama sejak terakhir kali ia memeluk suaminya seerat ini. Tangannya melingkar sempurna di pinggang lelaki Arsenio itu, menyalurkan segala rasa yang berkecamuk di dalam dirinya.

Midnight Madness (Jeno,Jaehyun & Johnny) -END-Where stories live. Discover now