print(8)

57 8 26
                                    

Lucu memang, cinta itu semakin digenggam semakin menyakitkan.

• • •

Mentari semakin tenggelam. Jalanan Kota Jakarta masih terlihat ramai. Kendaraan berlalu-lalang menuju pulang.

Suasana jalan yang begitu riuh, sangat berbanding terbalik dengan suasana di dalam mobil hitam. Meskipun ada teman berbincang, salah satunya lebih memilih diam.

Seorang lelaki yang sedang menyetir, fokusnya sedikit teralih kepada perempuan di sampingnya. Dia memperhatikan gadis itu yang hanya diam menatap ke luar jendela. Bosan dengan suasana hening, sang lelaki memutuskan untuk membuka pembicaraan.

"Na? Diem aja. Lagi cape?" tanya Ardan.

Lamunan Alana seketika buyar. Gadis itu menoleh ke kanan. Dia sedang memikirkan pertanyaan apa yang tadi terlontar dari mulut Ardan.

"Iya, Pak. Ada apa?" tanya Alana setelah pusing memikirkan pertanyaan yang tak sempat didengarnya.

"Kamu kenapa enggak jadi dijemput?" Ardan mengubah pertanyaan.

"Oh, itu. Pacar aku lagi sibuk, Pak," jawab Alana mengalihkan pandangannya ke arah depan.

"Dia kerja di mana, Na?"

Kini, Ardan mulai menelusuk sedikit-sedikit ke ranah pribadi Alana. Namun, gadis itu meladeninya tanpa sadar. Mungkin, karena Alana sedang membutuhkan teman berbincang.

"Di PT Elephant, Pak." Sesekali, Alana menjawab seraya menoleh ke arah Ardan.

"Iyakah? Sebagai apa?"

"Programmer, Pak."

Ardan menyunggingkan sebelah bibirnya. Jadi, programmer aja udah belagu, cerca Ardan dalam hati. Tanpa disadari, dia merasa lebih baik dan lebih pantas dari kekasih gadis itu.

"Dulu saya juga pernah melamar ke sana, tapi enggak keterima. Eh, rezekinya di Flamingo, sampai bisa jadi manajer," ujar lelaki yang sedikit angkuh itu.

Hanya senyum yang dapat dilontarkan gadis 23 tahun itu saat manajernya bercerita. Sering sekali Alana mendengar lelaki itu menceritakan tentang harta dan takhtanya. Lama-lama, Alana bisa muntah mendengar keangkuhan Ardan.

Ardan terus bertanya perihal kekasih Alana. Dia pun bertanya sudah sejauh apa hubungan Alana dan kekasihnya. Tak lupa, dia bertanya tentang pertemuan pertama Alana dan kekasihnya.

"Maaf, Pak. Sepertinya, Bapak terlalu kepo sama hubungan saya. Yang jelas, saya dan dia itu kenal sejak awal kuliah. Kami menjalin hubungan setelah satu bulan saling kenal," jawab Alana sesopan mungkin. Sebenarnya, dia tidak terlalu suka diusik seperti itu. Risih, menurutnya.

"Satu bulan kenal, bisa langsung jadian?" tanya Ardan tak percaya. "Saya dulu harus berbulan-bulan dulu kalau mau ngajak pacaran," jelasnya tanpa diminta.

Alana tersenyum. "Enggak apa-apa, kok, kenal satu bulan langsung jadian. Pendekatan itu nggak menjamin hubungan langgeng. Kunci langgeng, kan, saling terbuka dengan pasangan, tapi tertutup buat orang yang mencoba masuk ke hubungan. Bapak waktu itu pendekatan satu tahun, hubungannya hanya satu bulan, kan?"

Alana teringat dengan cerita Bu Ulfah beberapa minggu yang lalu. "Mereka itu couple goals banget di Flamingo pas dulu. Eh, pas sebulan jadian, si Geisha malah kepergok lagi selingkuh sama pegawai PT sebelah." Lucu memang, cinta itu semakin digenggam semakin menyakitkan.

Ardan dibuat tak berkutik oleh Alana. Tak disangka, gadis yang dia kira masih kekanak-kanakan, pemikirannya bisa dewasa perihal hubungan. Dia pun merasa tersinggung dengan ucapan gadis itu perihal orang baru yang mencoba masuk ke sebuah hubungan.

HACK HEART [END] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora