print(11)

49 9 53
                                    

"Kayaknya, dia suka sama kamu."

• • •

"Sekarang beneran dijemput, tuh," ujar Ardan seraya menatap ke arah mobil Ferrari hitam yang sudah terparkir di depan Flamingo.

Alana tersenyum. "Iya, Pak. Saya duluan, ya," pamit Alana.

Alana menuruni anak tangga setelah keluar dari pintu kantor. Mobil Abimanyu pun melaju perlahan menuju gadis yang baru keluar. Tepat di depan anak tangga terakhir, lelaki berkaus hitam itu membuka kaca jendela seraya tersenyum ke arah kekasihnya. Namun, sedikit sinis ke arah lelaki yang tadi keluar bersama Alana.

"Yuk," ajak Alana yang sudah mengeratkan sabuk pengamannya.

Abimanyu tersenyum menatap lekat gadis di sampingnya. Lantas, kaca pintu mobil di samping Alana pun naik perlahan. Tak lama kemudian, mobil melaju dari area perusahaan.

"Mau ke Ancol?" tanya Abimanyu memecah keheningan di dalam mobil.

"Mauuu!" Selalu saja, ke mana pun Abimanyu mengajaknya jalan-jalan, gadis itu tak pernah menolak.

"Pulang dulu, ya. Biar enggak pake baju kantor," saran Abimanyu yang mendapat anggukan dari sang Kekasih.

Hanya membutuhkan waktu 20 menit, sepasang kekasih itu sudah siap untuk pergi lagi. Alana sudah cantik meskipun hanya menggunakan pakaian santai. Kaus putih, dipadukan dengan kardigan panjang cokelat muda dan celana jeans panjang.

Keduanya menuju ke sebuah pantai yang berada di ujung Jakarta. Di perjalanan, tak sedikit pun ada hening. Sekadar memperbincangkan orang-orang yang lewat di jalanan.

"Ih, masa ada toko bangunan isinya sepatu," ujar Alana.

"Mana?" Abimanyu sedikit celingukan seraya menyetir.

"Tuh. Bata." Alana menunjuk salah satu toko sepatu di samping kanannya.

"Lah, iya. Harusnya, kan, isinya batu bata dan bahan bangunan lainnya."

Alana tak bisa menahan tawa. Kalau ada permainan tahan tawa, sudah dipastikan bahwa dia akan kalah lebih dulu. Sementara gadis itu tertawa, Abimanyu sedang memutar otak mencari sesuatu untuk diperbincangkan.

Karena jalanan sudah agak lenggang dan agak sulit untuk celingukan ke luar, Abimanyu hanya menanyakan tujuan yang diinginkan Alana.

"Ih, Abi. Aku belum pernah, deh, naik itu." Alana menunjuk ke arah langit Ancol.

"Mau?"

Alana mengangguk pelan. Tak lupa dengan mata yang berbinar agar Abimanyu cepat menyetujuinya. Lelaki itu hanya tersenyum melihat kekasihnya.

"Iya, ayo."

Alana semakin memperlebar lengkungan di bibirnya. "Akhirnya, aku naik kereta gantung," ucapnya seraya memejamkan mata sesekali.

Abimanyu ikut bahagia melihat sang Kekasih bahagia karena dirinya. Lelaki itu mengusap pelan puncuk kepala sang Gadis. Mobilnya semakin cepat menuju tempat tujuan saat jalanan semakin lenggang.

"Gondola," ucap Alana membaca tulisan di pintu masuk wahana gondola. "Namanya gondola?" tanyanya kemudian.

Abimanyu mengangguk pelan. "Iya, gondola."

"Kirain kereta gantung."

Abimanyu menarik napas seraya tersenyum lebar. "Sama aja, Anaaa. Yuk, masuk."

Di dalam kereta gantung, Alana dan Abimanyu menikmati pemandangan malam sekitar Ancol. Tak lupa, Alana mengabadikan momen tersebut melalui kamera ponsel. Keduanya saling bercengkerama.

HACK HEART [END] ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz