print(12)

41 5 5
                                    

Dia khawatir bila kekasihnya pulang malam sendirian. Lebih khawatir lagi apabila Alana diantar oleh manajernya.

• • •

Semakin hari, kinerja Alana semakin baik. Gadis itu diberi kepercayaan untuk naik menjadi senior setelah Bu Ulfah mengundurkan diri. Wanita itu mengundurkan diri dengan alasan akan fokus mengurus keluarganya di rumah.

Terkadang, Alana masih bingung dengan beberapa pekerjaan yang baru ditemuinya. Namun, Bu Ulfah tak menutup diri saat Alana menghubunginya. Dia dengan senang hati diganggu Alana tentang pekerjaan yang sedikit lebih rumit.

Kini, ruangan Bu Ulfah telah menjadi ruangan Alana, karyawan baru yang tak terasa sudah menjadi bagian Flamingo selama tiga bulan. Karena wanita beranak satu itu mengundurkan diri, Alana jadi harus sering lembur. Beberapa pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu singkat.

Beruntungnya, Abimanyu masih setia menjemput Alana. Lelaki itu selalu bisa menyempatkan waktu untuk mampir ke Flamingo setelah pulang kerja. Dia khawatir bila kekasihnya pulang malam sendirian. Lebih khawatir lagi apabila Alana diantar oleh manajernya.

"Na, Ibu pamit, ya. Kamu hati-hati. Dunia kerja itu cukup kejam. Kalau ada apa-apa, kamu kontak Ibu aja, oke?"

Perkataan Bu Ulfah masih terngiang di kepala Alana. Entah apa maksudnya. Mungkin, Alana memang harus lebih berhati-hati saat bekerja.

Abimanyun
[ Aku udah di depan ]

Pesan Abimanyu berhasil membuat lamunan Alana buyar. Gadis itu langsung bersiap-siap untuk pulang. Tak lupa, dia membalas pesan kekasihnya terlebih dahulu.

Alana
[ Oke ]
[ Aku beres-beres dulu ]

Setelah selesai, Alana keluar ruangan. Dia menuju lift untuk turun dan pulang. Entah bagaimana, gadis itu dikejutkan oleh sosok yang ada di dalam lift. Sosok yang sudah memamerkan senyumnya tanpa sebab.

"Baru pulang, Na?" tanya Ardan yang sudah ada di dalam lift lebih dulu.

"Iya, Pak," jawab Alana seraya tersenyum. "Bapak lembur juga?"

"Iya, Na."

Manajer kalau lembur, ngerjain apa, ya? tanya Alana dalam hati.

"Kamu kewalahan enggak pas Bu Ulfah keluar?" tanya Ardan saat Alana tak membalas lagi ucapannya.

"Lumayan, Pak, tapi saya nikmati aja," balas Alana.

Hanya perlu satu menit, pintu lift sudah terbuka. Keduanya keluar dari alat untuk mengangkat orang tersebut. Meski sudah dekat dengan pintu keluar, Ardan masih ingin berbincang dengan Alana.

"Kalau kamu keberatan sama lembur gini, kamu bisa ajuin biar perusahaan rekrut karyawan baru, lho," saran Ardan yang hanya mendapat anggukan dari Alana.

"Iya, Pak. Mungkin, nanti saja kalau saya udah enggak sanggup," jawab Alana yang sudah tak nyaman karena Abimanyu terlihat sedang menatapnya dari kejauhan.

Ardan menyadari keresahan gadis itu. "Udah dijemput, ya?" tanyanya.

"Iya, Pak."

"Ya sudah. Saya duluan, ya."

"Iya, Pak."

Ardan berlalu meninggalkan Alana yang masih berdiri di depan pintu masuk. Saat turun, Ardan berpapasan dengan mobil hitam yang melaju menuju pintu depan perusahaan. Manajer itu menoleh sebentar ke arah mobil tersebut melaju, lalu melanjutkan perjalanannya menuju area parkir.

***

"Ana," seru Abimanyu saat di perjalanan menuju ke kosan Alana.

Alana yang sedang asyik melihat jalanan malam pun menoleh ke arah kanan. "Iya?"

"Manajer kamu emang lembur juga? Kok, bisa barengan terus, sih, udah beberapa hari ini," tanya Abimayu yang sudah tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Katanya, sih, iya. Aku juga ketemu terus sama dia pas di lift mau turun."

"Oh, gitu. Hati-hati aja, ya."

"Kenapa?"

"Nanti siapa tahu yang di lift bukan manajer kamu," ujar Abimayu sedikit berbisik.

Sontak saja, perkataan Abimanyu barusan mendapat pukulan dari Alana. Gadis itu refleks melayangkan tangannya ke lengan Abimanyu. Sementara lelaki itu, hanya tertawa melihat reaksi kekasihnya.

"Enggak boleh gitu, Abi! Aku masih ada proyekan yang bikin lembur beberapa hari ke depan."

"Iya, iya, enggak ada, kok. Nanti kalau ada, langsung sebut aja nama Abimanyu tiga kali," ujar Abimanyu agar menenangkan kekasihnya.

Abimanyu sudah lelah dengan pekerjaannya hari ini. Dia sedang tak ingin mempermasalahkan hal-hal yang terlihat sepele. Alana sudah dewasa. Gadis itu pasti tahu hatinya milik siapa. Jadi, Abimanyu tak terlalu khawatir dengan gadis yang dikenalnya sejak lima tahun lalu.

"Makan dulu, ya? Aku laper," ajak Abimayu mencairkan kembali suasana mobil yang sempat hening.

"Iya, aku juga belum makan, sih," jawab Alana ragu-ragu karena takut diomeli kekasihnya.

"Dari kapan?"

Abimanyu memang protektif terhadap kesehatan Alana. Gadis itu sering membiarkan perutnya kosong saat sibuk mengerjakan sesuatu. Terbukti saat skripsi, Alana selalu telat makan kalau tidak dipaksa oleh ibunya.

Kini, gadis itu merantau sendiri di Jakarta. Hanya kenal Abimanyu dan keluarga. Sudah pasti keluarga Alana menitipkan gadis itu kepada Abimanyu. Makanya, lelaki itu lebih protektif kali ini.

"Terakhir makan, pas siang. Terus sorenya makan kue," jawab Alana seraya mengingat.

"Oh, bagus, deh. Kalau makan kue masih mending. Ana jangan lupa makan, ya, meski sibuk kerja."

Alana menarik napas lega. Dia malas bila Abimanyu sudah mengomelinya. Namun, dia pun tahu bahwa lelaki itu hanya ingin kekasihnya baik-baik saja. Jadi, Alana bisa memaklumi, meski sedikit menggerutu di belakang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Mobil hitam milik Abimayu berhenti tepat di depan tukang satai setelah berunding beberapa menit. Kini, dua manusia itu turun dari mobil. Mereka mengisi perutnya yang keroncongan karena butuh asupan makanan.

° ° °

B E R S A M B U N G

° ° °

Halo! Maaf, ya, yang kemarin nunggu update-an bab ini. Kemarin Author sakit, 😖 tapi sekarang udah mendingan. 🤭

...

Terima kasih banyak sudah membaca Hack Heart bab ini. Silakan tinggalkan jejak melalui vote dan komen, ya. 🤗

...

Senin, 28 Februari 2022

-- dheisyaadhya --

HACK HEART [END] ✓Where stories live. Discover now