print(22)

37 10 32
                                    

Permintaan maaf tak akan membuat masalah itu terselesaikan.

• • •

• • •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• • •

Seorang gadis tengah duduk di antara deretan kursi yang berjajar di samping meja oval. Ukuran mejanya cukup besar. Sepertinya, tempat itu khusus untuk rapat para pekerja di sana.

"Udah bagus, Fik," ujar Abimanyu setelah karyawannya mempresentasikan pekerjaan.

"Terima kasih, Pak," jawab Fikri seraya tersenyum karena mendapat pujian dari bosnya.

"Ya sudah, kamu beresin semua ini. Terus berangkat ke PT Reana. Kabarin nanti hasilnya gimana," pinta Abimanyu.

Kini, Fikri bergegas membereskan barang-barangnya. Dia harus segera pergi ke PT Reana di daerah Bekasi. Pria itu harus mempresentasikan hasil projek timnya yang diwakilkan.

"Udah beres, deh," ujar Abimanyu tersenyum kepada Alana saat Fikri sudah keluar ruangan.

Alana mengangguk pelan seraya tersenyum. Abimanyu mengajak Alana ke ruangannya lagi. Mereka harus membawa barang-barangnya terlebih dahulu sebelum keluar.

***

Beberapa hari ini, Alana selalu datang paling pagi ke kantor. Dia selalu disambut satpam di depan pintu kantor. Rutinitasnya sebelum ke ruangan adalah mengisi daftar hadir. Setiap hari, dia masuk ke ruang administrasi yang masih kosong.

Mulai hari ini, gadis itu akan lebih sering membawa laptop ke kantor. Ada beberapa hal yang memang harus dikerjakannya. Namun, malas untuk lembur di kantor. Jadi, dia bawa untuk dikerjakan di rumah.

Saat jam istirahat, Alana menyempatkan mengunjungi ruangan Jeni, juniornya. Dia akan mengecek pekerjaan yang dikerjakan gadis itu. Kalaupun ada masalah, dia bisa membantu.

"Jen, gimana, aman?" tanya Alana saat dipersilakan masuk ke ruangan yang serba rapi itu.

"Em ... ini, Bu. Ada sedikit kendala. Beberapa data yang kemarin Ibu kasih ada yang terhapus permanen. Sudah saya coba untuk mengembalikannya, tapi tetap enggak bisa," jelas Jeni ragu-ragu.

"Kok, bisa, sih? Kamu apain emang datanya?" Kini, Alana mulai ikutan panik. "Data yang mana?" tanyanya lagi.

"Yang ini, Bu." Jeni menunjukkan data yang tinggal sebagian.

"Aduh, data itu di saya ada mentahannya aja."

Alana mulai bingung karena dirinya masih dikejar tenggat waktu pekerjaan lainnya. Data yang diberikan kepada Jeni itu sebelumnya sudah dia kerjakan sekitar 60%. Karena merasa percaya kepada Jeni, Alana tak menyimpan salinannya dan langsung diberikan kepada Jeni.

Masalah tersebut hanya menambah beban Alana. Dia harus mengerjakan ulang pekerjaan tersebut. Meski kesal kepada Jeni karena ceroboh, gadis itu tetap tak bisa memarahinya begitu saja. Biar bagaimanapun, dia juga salah karena tidak menyimpan salinannya.

"Ya sudah, lah. Nanti saya coba kerjakan lagi. Kalau bisa, kamu kerjakan juga dari awal. Nanti saya bantu. Saya juga punya kerjaan lain," jelas Alana yang sangat kentara bahwa dirinya kesal.

Jeni yang merasa tak enak pun beberapa kali meminta maaf. Dia memang sering ceroboh seperti itu dengan permasalahan yang berbeda. Namun, biasanya, Alana selalu memiliki salinan data-data pekerjaan. Jadi, Jeni merasa agak tenang meski ada masalah.

Lantas, Alana pamit untuk pergi mengisi perutnya yang sudah bersuara sejak beberapa jam yang lalu. Karena pagi tadi, dia hanya sarapan sedikit. Dia keluar dari ruangan Jeni dengan kaki yang terdengar entakannya.

Harusnya, karyawan baru itu bisa bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Permintaan maaf tak akan membuat masalah itu terselesaikan. Apalagi dia tak berinisiatif untuk mengerjakan dari awal.

Saat memesan makanan, terlihat Ardan yang juga baru datang. Pria itu tersenyum dan menyapa Alana. Gadis itu hanya membalas secukupnya.

Ardan mengajaknya untuk makan bersama. Sebenarnya, Alana sedikit canggung dan tak enak. Dia memikirkan perasaan Abimanyu. Apalagi akhir-akhir ini hubungannya sedang kurang baik.

"Kamu kelihatannya lagi kesal, Na. Kenapa?" tanya Ardan yang selalu peka dengan perasaan Alana.

Alana pun mengubah raut wajahnya yang murung menjadi sedikit tersenyum. Dia tak ingin Ardan menyadari kekesalannya. Namun, gadis itu terlambat karena sang Manajer sudah mendesaknya dengan beberapa pertanyaan.

"Ada masalah di pekerjaan?" tanya Ardan lagi.

Pria itu memang selalu bertanya begitu. Karena kalau permasalahan pribadi Alana, dia tak ingin ikut campur terlalu banyak. Meski sebenarnya dia pun penasaran.

Alana yang sedang menyuapkan nasinya pun mengangguk pelan dan perlahan menunduk. Dia tak ingin permasalahannya dibesar-besarkan. Namun, dia pun butuh teman curhat untuk meluapkan kekesalannya.

"Enggak apa-apa, cerita aja. Siapa tahu saya bisa bantu," ujar Ardan lagi.

Gadis yang mengenakan kemeja hitam itu pun mengembuskan napasnya panjang. Dia mulai menceritakan permasalahan tadi perihal Jeni. Lantas, mencurahkan kebingungannya perihal pekerjaan yang sudah pasti akan sedikit terlambat.

"Kamu kalau merasa kurang srek sama junior itu, silakan kamu ajukan kepada Geisha agar segera ditindaklanjuti. Pekerja seperti itu hanya akan memberatkanmu, Na," jelas Ardan dengan tenang.

Ardan memang selalu bijak saat menyelesaikan masalah. Alana pun selalu kagum dengan kelebihan Ardan tersebut. Namun, lagi-lagi bayangan Abimanyu selalu terlintas saat dirinya mengagumi lelaki lain.

"Iya, Pak. Mungkin, saya akan kasih satu kesempatan lagi kepada Jeni. Kalau dia masih seperti ini, sudah tak akan saya pertahankan. Pekerjaan saya akhir-akhir ini pun menjadi berantakan karena mengurus masalah Jeni." Kini, Alana semakin terbuka menceritakan masalahnya kepada Ardan.

Ardan begitu menghargai keputusan yang dipilih Alana. Biarkan saja, selagi gadis itu masih kuat untuk menghadapi juniornya, tak apa. Ardan berharap dengan permasalahan tersebut mampu membuat Alana bisa lebih baik lagi sebagai senior.

"Ya sudah kalau itu keputusan kamu. Saran saya tetap seperti tadi. Ayo dimakan lagi, sebentar lagi waktu istirahatnya selesai."

° ° °

° ° °

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

° ° °

Agak ngeselin, nih, si Jeni. 😖

...

Terima kasih banyak sudah membaca Hack Heart bab ini. Silakan tinggalkan jejak melalui vote dan komen, ya. 🤗

...

Kamis, 10 Maret 2022

-- dheisyaadhya --

HACK HEART [END] ✓Where stories live. Discover now