print(26)

42 7 41
                                    

Namun, waktu terus berjalan. Bumi tidak berputar untuknya saja.

• • •

• • •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• • •

"Yes, berhasil. Lo jangan kasih tahu siapa-siapa tentang ini!" ancam seorang perempuan kepada orang di dekatnya.

Seseorang yang diancam itu hanya mengangguk terpaksa. Dari raut wajahnya terlihat ketakutan. Namun, tangannya tetap beraksi untuk mengetik sesuatu di layar komputer.

***

Hari ini memang terasa berat, tetapi Alana harus tetap kuat. Dia menyadari beban yang dihadapinya tidak mudah. Tuntutan orang tua pun menjadi salah satunya.

Ayah Alana memang masih bekerja. Namun, kondisi keuangan keluarganya sudah tidak stabil. Anak perempuan pertama itu harus siap membantu perekonomian keluarga. Terutama, untuk biaya sekolah adiknya.

Sesekali, Alana meneteskan air mata karena lelah. Nyatanya, dia tak selalu bisa kuat. Dunia terasa begitu kejam untuknya.

Kisah asmaranya sedang tidak baik. Kini, kisah kerjanya pun ikut tidak baik. Gadis itu sangat ingin rehat sejenak. Namun, waktu terus berjalan. Bumi tidak berputar untuknya saja.

Alana mengembuskan napasnya berat. Dia merebahkan tubuhnya di kasur. Pandangannya ke arah langit-langit kamar. Malam memang sudah larut, tetapi matanya belum ingin menutup.

"Sabar, ya, Na. Kata orang, semua akan indah pada waktunya."

Alana berusaha menguatkan diri. Gadis itu tersenyum getir. Tak terasa, air mata mulai menetes di balik senyum yang terukir.

***

"Permisi, Bu. Ibu dipanggil Pak Ardan ke ruang rapat," ujar seorang gadis yang baru saja mengetuk pintu ruangan Alana.

Alana menatap Jeni sebentar. Dengan malas, gadis itu beranjak dari kursinya. Dia berjalan menuju ruangan rapat.

"Rapat apalagi katanya, Jen?" tanya Alana kepada Jeni saat di dalam lift.

"Kurang tahu, sih, Bu. Kayaknya masih ngebahas masalah kemarin," tebak Jeni.

Pintu lift terbuka di lantai empat. Gadis yang mengenakan kemeja abu dan rok hitam selutut itu berjalan agak cepat. Sebelum masuk ruangan, Alana menarik napas terlebih dahulu untuk menenangkan hati. Dia bisa menebak jika rapat kali ini akan lebih berat.

Alana mengetuk pintu ruang rapat. Setelah diperbolehkan untuk masuk dan duduk, gadis itu langsung menuju kursi yang masih kosong di dekat Ardan. Suasana ruangan masih sama seperti kemarin. Terasa tidak nyaman dan menegangkan.

HACK HEART [END] ✓Where stories live. Discover now