print(30)

65 8 45
                                    

Biarkan saja luka itu menghilang seiring berjalannya waktu.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

"Maaf, ya, Bi. Gara-gara aku, kamu jadi ikut repot," ujar Alana di ruangannya.

"Enggak apa-apa, Sayang." Abimanyu tersenyum seraya mengelus puncak kepala Alana pelan. "Barang-barangnya enggak ada lagi? Udah, segini?" tanyanya.

Alana mengangguk pelan. Ternyata, setelah dikumpulkan semua, barang-barang gadis itu ada dua box. Makanya, tadi Alana turun dahulu untuk memanggil kekasihnya agar membantu.

"Bi," bisik Alana membuat Abimanyu malah penasaran. "Emang Abi tahu, siapa dalang dari semua masalah ini?" tanyanya yang masih sedikit berbisik.

"Aku cuma tahu ada orang yang login pake email Ana, tapi nggak tahu siapa yang lapor ke manajer sok ganteng itu," jawab Abimanyu yang sepertinya masih kesal dengan Ardan.

"Siapa yang nyoba login pake akun aku?"

"Namanya Jeni apa gitu, aku lupa," ujar Abimanyu yang tak ingin mengingat nama tersebut.

Mata Alana terbelalak. Dia tak percaya. Padahal saat Jeni memintanya datang ke ruang rapat, junior itu seakan tak bersalah. Dia benar-benar terlihat biasa saja.

"Serius dari komputer Jeni, Bi?" tanya Alana lagi untuk meyakinkan hatinya.

"Serius, Ana. Bahkan, dia dua kali ngirim kerjaan yang kata Ana itu belum beres. Dan kayaknya, data kerjaan Ana ada yang diubah-ubah juga sampai si Manajer songong itu berani marahin Ana."

Sepertinya, tingkat kekesalan Abimanyu terhadap Ardan semakin kentara. Selain kesal karena kekasihnya dipermalukan, dia pun cemburu karena pria itu sering mendekati Alana.

***

Beberapa hari lalu, di sebuah ruangan yang terlihat minimalis, dua orang perempuan sedang serius dengan komputer di hadapannya. Satu orang sibuk mengotak-atik, sedangkan yang lainnya sibuk melihat situasi. Keduanya terlihat saling bekerja sama.

"Kok, salah mulu, sih," protes Jeni yang kesulitan membuka kunci komputer di hadapannya.

"Coba pelan-pelan, yang bener isinya," saran wanita di sebelah Jeni.

Jeni terlihat semakin serius. Jarinya dengan cepat bergerak di atas papan ketik. Matanya hanya mengedip sesekali saking penasarannya.

Setelah setengah jam lamanya. Langit pun sudah semakin gelap. Jeni baru berhasil masuk ke sebuah akun yang sejak tadi diotak-atiknya.

"Yes, berhasil. Lo jangan kasih tahu siapa-siapa tentang ini!" ancam Geisha kepada Jeni yang masih duduk.

Gadis yang diancam itu hanya mengangguk terpaksa. Dari raut wajahnya terlihat ketakutan. Namun, tangannya tetap beraksi untuk mengetik sesuatu di layar komputer.

HACK HEART [END] ✓Where stories live. Discover now