print(13)

51 11 58
                                    

Komunikasi yang kurang, bisa melunturkan kepercayaan.

• • •

Sudah beberapa minggu belakangan, Abimanyu jarang mengabari Alana. Terakhir kali, dia bercerita bahwa perusahaannya sedang mengalami masalah. Lelaki itu terkadang menghubungi Alana pada saat perjalanan menuju pulang.

Semakin hari, gadis yang terbiasa dimanja oleh kekasihnya itu mulai kesepian. Dia tak nyaman dengan keadaan tersebut. Satu hari tanpa kabar dari Abimanyu, mulai dia biasakan.

Di balik semua permasalahan romansa, Alana mulai dihadapkan dengan permasalahan pekerjaan. Hubungannya dengan Abimanyu semakin berjarak. Komunikasi yang kurang, bisa melunturkan kepercayaan.

"Alana, kamu kalau bimbing junior itu yang bener, dong. Masa data setengah matang gini udah dikirim ke saya," tegur Geisha yang bisa disebut sebagai atasan Alana.

Wanita itu tiba-tiba saja masuk ke ruangan Alana yang jelas-jelas tertutup. Tanpa mengetuk pintu ataupun mengucap salam, Geisha langsung menyalahkan Alana yang sedang fokus bekerja. Labelnya saja perusahaan ramah, di dalamnya banyak orang yang sering marah.

Satu minggu yang lalu, perusahaan memang merekrut karyawan baru untuk membantu Alana. Gadis itu sudah kewalahan jika setiap hari harus lembur. Namun, masalah kembali muncul karena karyawan tersebut agak keras kepala dan sulit diberi tahu.

"Mohon maaf, Bu. Saya sudah perintahkan dia agar mengirim semua tugas ke saya dulu. Saya juga enggak tahu kalau dia tiba-tiba ngirim tugas tersebut ke Ibu," jelas Alana yang tak dipercaya oleh Geisha.

"Lain kali, bimbing junior kamu bener-bener. Jangan sampai dia seenaknya kayak gini," tegur Geisha lagi seraya meninggalkan ruangan Alana tanpa permisi.

Alana mengembuskan napasnya berat. Dia tak habis pikir dengan karyawan baru itu. Saat dulu menjadi junior, tak pernah satu kali pun Alana lancang untuk mengirim tugas ke atasan tanpa persetujuan Bu Ulfah. Namun, berbanding terbalik dengan karyawan baru ini yang memang agak keras kepala sejak awal bekerja.

***

"Bi, aku cape banget hari ini. Kamu udah pulang?" tanya Alana melalui sambungan telepon.

Alana lelah dengan hari-harinya yang semakin runyam. Ingin sekali dia bercerita panjang lebar kepada sang Kekasih. Namun, lelaki itu masih disibukkan dengan urusannya sendiri.

"Belum, Sayang. Bentar, ya. Nanti aku telepon lagi kalau udah pulang," jawab Abimanyu yang terdengar buru-buru.

Lantas, sambungan telepon terputus. Alana kesal karena Abimanyu selalu saja begitu akhir-akhir ini. Namun, dia pun harus mengerti bahwa kekasihnya sibuk bekerja, bukan tanpa alasan.

Wajah Alana menelungkup di bantal menahan kesal. Gawainya dijauhkan dari ranjang. Kini, pikirannya mulai dikosongkan agar dapat terlelap lebih cepat.

Kesepian mulai merajalela. Terbiasa dengan hangat yang beragam, kini disuguhkan dingin yang tak tahu sampai kapan. Alana hanya bisa mendengarkan musik galau di gawainya untuk menemani malam yang semakin kelam.

Setelah 1 jam, Alana dapat tidur dengan lelap. Musik yang mengalun pelan sudah berhenti karena dijadwal untuk 30 menit. Bantal yang tadi menutupi wajah, kini sudah dipeluk olehnya.

Gawai Alana bergetar menandakan ada telepon masuk. Terpampang jelas kontak bernama Abimanyun di layar. Sayangnya, gadis itu tak mendengar apa pun di sekitarnya. Jiwanya sudah berkelana di alam mimpi sejak tadi.

***

"Na, muka kamu pucet banget," ujar Ardan.

Manajer itu masuk ke ruangan Alana untuk mengajaknya makan siang. Namun, Alana terlihat kurang sehat. Wajahnya pucat. Bibirnya pecah-pecah.

Alana hanya menatap Ardan dengan sayu. Gadis itu sudah tak ada tenaga untuk banyak bicara. Dia merasakan napasnya yang mulai panas.

"Maaf, ya. Saya izin megang kening kamu," ucap Ardan meminta izin.

Ardan memegang kening Alana beberapa detik. Benar saja, keningnya panas. Sepertinya, gadis itu kelelahan hingga membuatnya demam. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk bekerja.

"Kamu izin aja, ya, enggak usah kerja dulu. Saya antar ke dokter," saran Ardan dengan rasa cemas.

Alana menggeleng. "Enggak usah, Pak. Nanti juga baikan. Saya emang lagi cape aja," jawab Alana pelan.

Lelaki berkemeja hitam itu langsung duduk di bangku yang berseberangan dengan Alana. Dia menatap Alana yang sedang melihat komputer seraya menopang dagunya menggunakan satu tangan. Dia tahu bahwa Alana hanya menggerak-gerakkan kursor saja.

"Na, kamu boleh kerja keras, tapi kalau lelah, ya, istirahat. Jangan maksain, ya. Kesehatan kamu itu lebih penting."

Perkataan Ardan cukup menenangkan Alana. Sudah lama gadis tersebut tak mendengar ada yang menceramahinya. Biasanya, Abimanyu yang paling bawel. Kini, menanyakan kabar saja sudah jarang.

"Kamu akhir-akhir ini lagi banyak masalah, ya? Saya lihat tiap pagi muka kamu kusut banget. Ada apa, sih? Masalah kerjaan?" tanya Ardan pelan-pelan agar Alana bisa mulai terbuka.

"Biasa, Pak. Semua masalah lagi bermunculan akhir-akhir ini. Terutama tentang karyawan baru yang jadi junior saya. Dia cukup keras kepala kalau dikasih tahu. Kemarin, saya baru kena semprot Bu Geisha gara-gara karyawan baru itu," jelas Alana dengan susah payah sambil menahan sakitnya.

"Kenapa emang?"

Alana menjelaskan detail kejadian saat Geisha menyalahkannya. Dia pun menjelaskan perbuatan karyawan baru tersebut. Mendengar hal itu, Ardan hanya diam. Dia berpikir sejenak. Mungkin, mencari solusi agar tak banyak masalah yang terjadi di perusahaan ini.

° ° °

B E R S A M B U N G

° ° °

Kasian gak sih Alana? 😭

...

Terima kasih banyak sudah membaca Hack Heart bab ini. Silakan tinggalkan jejak melalui vote dan komen, ya. 🤗

...

Selasa, 1 Maret 2022

-- dheisyaadhya --

HACK HEART [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang