print(31)

50 8 5
                                    

Daripada menghakimi, lelaki itu lebih sering mengapresiasi pilihan kekasihnya.

•••

•••

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

•••

"Pak, Pak. Mohon dengerin dulu saya," ujar Jeni yang sejak tadi mengikuti Ardan keluar ruang rapat.

Ardan kemudian berhenti setelah gadis itu terus mengejarnya. Kini, keduanya sudah berada di ambang lift. Manajer itu seakan menunggu Jeni menjelaskan sesuatu sebelum memencet tombol untuk membuka lift.

Tak membuang waktu lama, Jeni langsung mengungkapkan semua yang terjadi selama beberapa hari. Dia tak menutupi apa pun, termasuk tentang niatnya yang ingin menggeser jabatan Alana.

"Saya memang bersalah, Pak, tapi saya menyarankan agar Bapak juga mempertimbangkan Bu Geisha di perusahaan ini. Saya yakin, bukan hanya Bu Alana yang diperlakukan seperti itu. Bu Geisha itu adalah orang yang toxic buat perusahaan ini."

Jeni tanpa takut membeberkan sikap Geisha. Dia sudah tanggung basah karena ketahuan bersalah. Sekalian saja dia membeberkan semua hal tentang perusahaan yang lingkungannya itu sudah tidak sehat.

Di sudut dinding, seorang wanita sedang mendengarkan perbincangan Ardan dan Jeni. Dia tampak kesal, apalagi saat namanya diseret sebagai orang yang bersalah. Dia mulai menaruh dendam karena dicap sebagai orang yang memperburuk lingkungan kerja.

"Awas lo, Jen, gue bakal cari lo ke mana pun," umpat Geisha pelan. Rahangnya terlihat mengeras karena menahan kesal.

***

Setelah membawa barang-barang Alana dari Flamingo, mereka tidak langsung pulang ke kosan. Kini, Abimanyu membawa kekasihnya ke kantor. Dia berharap, gadis itu dapat terobati hatinya dengan melihat satu ruangan yang tak kalah minimalis.

"Gimana perasaannya sekarang?" tanya lelaki yang sedang menyetir.

Gadis yang ditanya itu sedikit berpikir. "Rasanya lega, sih," jawabnya diakhiri senyum.

"Nggak apa-apa, Ana berhak dapetin tempat kerja yang lebih baik lagi," ujar Abimanyu yang selalu menenangkan Alana.

Daripada menghakimi, lelaki itu lebih sering mengapresiasi pilihan kekasihnya. Dia tahu bahwa Alana tidak ingin disudutkan. Dia selalu berusaha untuk membuat Alana nyaman selama bersamanya.

Setelah hampir setengah jam, Alana dan Abimanyu turun dari mobil. Namun, sebelum benar-benar masuk ke Elephant, Alana sempat memandang lingkungan sekitar. Sebelah bibirnya tersungging pelan. Dia merasa bahwa dulu, dirinya begitu konyol telah menolak penawaran kekasihnya untuk bekerja di kantor tersebut.

"Yuk," ajak Abimanyu membuyarkan lamunan Alana.

Alana mengangguk pelan. Dia mengikuti langkah kekasihnya yang lebih lebar dibanding langkahnya. Lelaki itu terlalu peka terhadap hal-hal kecil yang ada pada Alana. Dia menyejajarkan langkahnya dengan gadis itu.

Di depan pintu kantor, dua satpam begitu ramah menyapa Abimanyu dan Alana. Saat melewati lobi pun, seluruh netra tertuju pada mereka, terutama kepada Alana. Beberapa karyawan memang tidak tahu bahwa gadis di samping Abimanyu adalah kekasihnya.

"Bi, Bi, Bi, aku malu," bisik Alana dengan bibir yang tidak terbuka lebar, bahkan giginya saling beradu.

Bukannya membantu, Abimanyu malah menambah rasa malu itu. Direktur utama PT Elephant itu menarik lengan Alana agar melingkar di lengannya. Kini, bukan hanya sorot mata yang tertuju pada keduanya, tetapi bertambah dengan desas-desus beberapa orang.

Alana memang malu menggandeng kekasihnya di tempat yang masih baru baginya. Namun, dia akan lebih malu jika menurunkan tangannya dari lengan Abimanyu. Lelaki itu benar-benar mampu membuatnya malu sekaligus senang. Abimanyu memang tak pernah malu memamerkan kekasihnya di hadapan siapa pun.

Kini, keduanya sedang berada di lift. Alana hanya mengira akan dibawa ke ruangan kekasihnya. Namun, tebakannya salah. Dia diajak ke sebuah ruangan yang berada tepat di samping ruangan kekasihnya.

"Silakan masuk, Ana Sayang," ujar Abimanyu begitu manis setelah membuka pintu sebuah ruangan.

Alana melangkahkan kakinya ke ruangan tersebut. Matanya langsung menyapu pelan setiap sudut ruangan. Terlihat rasa kagum dari netranya.

Sebuah ruangan yang biasanya ada di angan, kini terpampang nyata di hadapan. Alana mulai berjalan mengelilingi ruangan sambil melihat barang-barang yang sudah dipajang. Langkahnya terhenti di depan meja yang di atasnya terdapat foto berukuran 10x15 cm.

"Bi?" tanya Alana seraya melihat Abimanyu yang ada di belakangnya.

"Iya?"

"Ini ruangan siapa?" tanya Alana memastikan karena tak ingin berharap banyak.

"Ruangan buat Ana," jawab Abimanyu dengan santai.

Alana diam sejenak. Lelaki itu terlalu mengejutkannya. Gadis itu menetralkan degup jantungnya terlebih dahulu.

Dia benar-benar tak pernah mengira bahwa Abimanyu akan memperlakukannya sebaik ini. Bahkan, ini jauh lebih baik dibandingkan dengan perkiraannya dahulu, sebelum menjadi kekasih Abimanyu. Gadis itu terlalu sering disakiti hingga tak berekspektasi lebih lagi kepada lelaki.

"Bi, ini beneran? Abi enggak salah ngasih, kan?" tanya Alana yang masih tidak percaya.

"Iya, Ana. Semoga Ana suka. Ruangan ini hasil dari bayangan aku saat dengerin curhatan Ana tentang ruang kerja impian. Semoga, ruangan ini bisa mengobati hati Ana dari perusahaan idaman Ana itu."

Alana tak mampu berkata-kata lagi. Dia hanya mampu memeluk kekasihnya penuh kasih sayang. Dia tak tahu harus membalas dengan apa perbuatan lelaki itu.

° ° °

° ° °

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

° ° °

Semoga menjadi titik kembali Alana yang periang, ya.

...

Terima kasih banyak sudah membaca Hack Heart bab ini. Silakan tinggalkan jejak melalui vote dan komen, ya. 🤗

...

Senin, 21 Maret 2022

-- dheisyaadhya --


HACK HEART [END] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora