print(23)

38 8 20
                                    

Gadis itu seakan kehilangan seseorang yang masih digenggamnya.

• • •

• • •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• • •

Malam sudah menyelimuti alam. Namun, seorang gadis di sebuah kamar kos masih terjaga. Dia masih berkutat dengan pekerjaannya.

Biasanya, gadis itu ditemani sang Kekasih melalui panggilan telepon. Sudah satu minggu ini, kekasihnya sedang disibukkan lagi dengan pekerjaan. Entah sudah berapa hari lelaki itu tak meneleponnya.

Saat sedang sibuk-sibuknya, gawai Alana bergetar. Sebuah panggilan dari Abimanyu. Tak biasanya lelaki itu tiba-tiba menelepon tanpa mengabari terlebih dahulu.

"Halo, Ana lagi ngapain? Kok, chat aku enggak dibales?" tanya Abimanyu saat telepon mulai tersematkan.

Suara itu terasa sudah lama tak didengar Alana. Ada rasa rindu yang belum bisa diungkapkan. Genap satu minggu, mereka tidak bertemu. Saling bertukar kabar pun hanya seperlunya.

"Aku masih beresin kerjaan," jawab Alana yang kembali fokus dengan laptopnya.

Alana sudah menancapkan earphone ke telinganya. Jadi, dia bisa menjawab sambil bekerja. Meskipun fokusnya sedikit terganggu.

"Di kantor? Ini udah jam sembilan, loh." Abimanyu memang tak tahu bahwa Alana sering membawa pekerjaan ke rumah belakangan ini.

"Di kosan."

"Oh, kirain di kantor." Selang beberapa detik, Abimanyu kembali buka suara. "Ya udah, jangan terlalu cape, ya. Aku masih di jalan mau pulang. Aku tutup dulu teleponnya, ya," ujar Abimanyu.

Mendengar hal tersebut membuat napas Alana berhenti sejenak. Gadis mengerjap-ngerjap matanya sekaligus mencerna perkataan Abimanyu. Apa dia tidak salah dengar kalau kekasihnya akan menutup panggilan?

Alana sudah lama tak mendengar suara lelaki itu. Saat Abimanyu menelepon pun, Alana berusaha menyisihkan waktunya. Namun, lelaki itu dengan mudah ingin memutuskan sambungan telepon.

"Emang udah cape. Udah, lah, matiin aja. Kirain nelepon bakal lama. Tahunya nanya gitu doang."

Nada bicara Alana terdengar kesal. Dia sedang butuh teman curhat. Namun, lelaki itu masih saja sibuk dengan kesehariannya.

Lantas, Alana mematikan sambungan telepon tersebut. Gawainya disimpan agak jauh agar tak selalu dilirik mata. Dia kembali mengerjakan pekerjaannya yang masih banyak.

Gadis itu selalu begitu. Saat dirinya sibuk dengan suatu pekerjaan, pasti mudah sekali marah. Ibaratnya ada yang menyenggol saat dia sedang serius, akan habis orang tersebut diomelinya.

***

Waktu baru saja menunjukkan pukul 08.00. Alana sudah berkunjung ke ruangan Jeni. Dia ingin segera menyelesaikan permasalahan juniornya itu.

HACK HEART [END] ✓Where stories live. Discover now