print(29)

46 9 36
                                    

Lagipula, tak ada yang benar-benar kuat saat ditatap lekat oleh orang yang disayang.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi. Abimanyu masih terjaga di kamar Alana. Dia masih sibuk dengan laptop kekasihnya. Sedikit demi sedikit, lelaki itu mendapatkan informasi.

Suara ketikan terdengar nyaring di ruangan yang sunyi. Raut wajah Abimanyu terlihat serius. Sesekali dia diam untuk mengingat beberapa kode program.

"Bi?"

Alana terbangun dari tidurnya. Gadis itu duduk di kasur. Dia melihat ke arah Abimanyu yang duduk dengan laptop di meja rias.

Abimanyu menoleh ke samping kanan. "Eh, Ana bangun? Maaf, ya, pasti gara-gara aku berisik," ujarnya tiba-tiba meminta maaf.

"Enggak, kok, Bi. Aku pengen pipis," jawab Alana beralasan. Sebenarnya, dia memang terbangun gara-gara suara ketikan Abimanyu yang semakin nyaring karena tempo yang cepat.

"Oh, ya udah. Sekalian aku pamit keluar, ya. Aku mau nyari tahu ini di ruang kerja aja."

"Nggak apa-apa, Bi. Kalau Abi ngantuk, tidur aja. Lihat, udah pagi, loh," ucap Alana seraya menunjuk jam dinding.

Abimanyu tersenyum. Dia berdiri menghampiri Alana yang duduk di bibir kasur. Lelaki itu mengelus pelan puncak kepala kekasihnya.

"Iya, Anaaa."

Perlahan, Abimanyu menyejajarkan pandangannya dengan Alana. Dia memegang lutut agar menopang tubuhnya yang sengaja dibungkukan. Lagi-lagi, lelaki itu memamerkan senyumnya yang indah.

"Aku belum ngantuk. Tanggung juga. Nanti, Ana tidur lagi yang nyenyak, ya. Aku mau ke ruang kerja sambil bawa laptop Ana, boleh?" tanya Abimanyu.

Gadis itu hanya mengangguk pelan. Dia merasa salah tingkah. Lagipula, tak ada yang benar-benar kuat saat ditatap lekat oleh orang yang disayang.

***

"Bentar, ya, Bi. Aku ngambil barang-barang aja, kok," ujar Alana saat berada di area parkir Flamingo.

Abimanyu mengangguk seraya tersenyum. Lelaki itu benar-benar berusaha menguatkan Alana agar tidak larut dalam kesedihan. Abimanyu membiarkan Alana keluar dari mobilnya sendirian.

Gadis itu berjalan dengan tenang menuju Flamingo. Sebuah perusahaan yang telah membuat hatinya kecewa. Terlalu menaruh ekspektasi, ternyata sangat tidak dianjurkan.

Setelah gadis itu masuk ke kantor, Abimanyu menyusulnya seraya membawa map yang berisi berkas. Dia meminta izin kepada satpam agar dipertemukan dengan manajer Alana. Namun, satpam tidak mengizinkan begitu saja.

"Ada apa, Pak?" tanya seorang pria saat mendengar keributan di depan kantornya.

"Maaf, Pak. Orang ini memaksa untuk bertemu Bapak," ujar salah satu satpam Flamingo.

HACK HEART [END] ✓Where stories live. Discover now