print(28)

49 9 22
                                    

Lelaki mana yang rela kekasihnya diperlakukan seperti itu oleh orang lain.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Alana memeluk erat kekasihnya dengan posisi masih duduk. Sementara Abimanyu, masih berjongkok, tetapi lututnya mengenai tanah. Lelaki itu tak banyak bicara. Dia membiarkan kekasihnya menangis hingga puas.

Semakin lama, tangis Alana semakin terasa menyayat. Abimanyu tak tega dengan kondisi kekasihnya. Dia mulai penasaran masalah apa yang terjadi pada Alana selain tentang dirinya.

Sebelum bertanya, Abimanyu memutuskan untuk membawa Alana ke mobilnya terlebih dahulu. Gadis itu sudah mulai menggigil karena kehujanan. Abimanyu merangkul bahu Alana.

"Ana, ke mobil dulu, yuk. Nanti Ana sakit kalau kehujanan gini," bujuk Abimanyu.

Tubuh Alana seakan pasrah untuk dibawa ke mana pun. Dia membiarkan Abimanyu merangkulnya untuk masuk ke mobil. Air matanya sudah mulai berhenti keluar, tetapi isaknya masih tersisa.

Saat di dalam mobil, Abimanyu menyimpan tas Alana di jok belakang. Dia pun membuka jas untuk diselimutkan ke tubuh Alana yang pakaiannya basah. Sebelum melajukan mobilnya, lelaki itu memasangkan sabuk pengaman Alana terlebih dahulu.

Lelaki yang hobi mengenakan kaus putih itu mulai melajukan mobilnya. Sebelum ke tempat kos Alana, Abimanyu mampir ke tempat makan. Dia membeli makanan terlebih dahulu karena tertebak kekasihnya belum makan.

"Sebentar, ya. Aku beli makan dulu buat kita," ujar Abimanyu seraya mengelus puncak kepala Alana dengan pelan.

Beberapa menit kemudian, Abimanyu masuk ke mobilnya. Dia sudah menenteng dua kantong keresek berisi makanan. Namun, Alana terlihat sudah memejamkan mata. Mungkin, gadis itu sudah kelelahan.

Abimanyu segera melajukan mobilnya untuk membawa Alana pulang. Tadinya, dia akan membawa Alana ke tempat kos. Namun, sepertinya, lebih baik jika gadis itu dibawa ke rumahnya.

"Ana, kita ke rumah aku aja, ya. Biar nanti, kamu enggak ngerasa sendirian," ujar Abimanyu pelan.

Alana hanya mengangguk pelan dengan mata terpejam. Dia sudah tak tahu harus bagaimana. Perasaannya benar-benar sudah tak karuan.

***

Sesampainya di kediaman Abimanyu, gadis itu langsung dibawa ke kamar tamu. Ibu dari lelaki itu sempat menanyakan perihal Alana. Namun, Abimanyu mengisyaratkan agar ibunya diam terlebih dahulu.

Kini, Alana sudah mengganti pakaian. Dia berdiam diri di dekat jendela yang sengaja dibuka gordennya. Gadis itu menatap ke arah luar seraya berdiri dan melipat tangan di depan dada.

Tak lama kemudian, Abimanyu mengetuk pintu dan membukanya perlahan. Lelaki itu membawa nampan berisi dua piring makanan dan dua gelas air putih. Namun, saat melihat kekasihnya sedang melamun, dia memutuskan untuk menyimpan makanan itu terlebih dahulu di meja rias.

"Ana, makan dulu, yuk," ajak Abimanyu seraya merangkul Alana dengan pelan.

Alana mengangguk. Kini, keduanya menghabiskan makan malam tanpa berbincang. Setelah Alana terlihat tenang, lelaki itu memulai perbincangan.

"Ana, aku enggak bakal maksa Ana biar nyerita, tapi kalau boleh, aku mau denger semua keluhan Ana," ujar Abimanyu hati-hati.

Alana diam sejenak. Dia menatap Abimanyu sekejap. Kemudian, memalingkan kembali pandangannya hingga sedikit menunduk.

"Aku dipecat, Bi," ujar Alana pelan dengan kepala yang kian menunduk.

Gadis itu mencubit-cubit kuku ibu jarinya menggunakan ibu jari yang lain. Abimanyu yang menyadari kegelisahan kekasihnya, langsung mengelus tangan Alana. Dia menggenggam tangan kekasihnya tanda menguatkan.

"Ana, lihat aku," ujar Abimanyu.

Alana menoleh sebentar. Namun, mengalihkan kembali pandangannya ke arah lain. Dia tak tahan untuk menatap Abimanyu lebih lama saat itu.

"Ana, aku di sini. Masih ada yang ingin Ana ceritain? Tentang alasan kenapa Ana dipecat?" tanya Abimanyu begitu hati-hati karena takut kekasihnya tersinggung.

"Aku difitnah, Bi. Aku dipecat gara-gara data yang katanya aku kirim itu enggak bener. Padahal, aku sama sekali enggak inget pernah ngirim data itu. Bahkan, sampai sekarang pun, pekerjaan itu belum aku selesaikan," jelas Alana yang mulai terpancing untuk bercerita.

"Yang bikin aku sakit hati, aku dipermaluin di depan semua karyawan sama manajer aku. Dia mecat aku sambil ngebentak. Aku enggak enak, Bi. Aku malu. Aku kecewa. Padahal, dia enggak mau dengerin alasan aku." Kini, air matanya kembali menetes.

Abimanyu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun, tangan kirinya mulai mengepal. Lelaki mana yang rela kekasihnya diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Apalagi, Abimanyu tak pernah sama sekali membentak Alana.

"Ana, istirahat dulu aja, ya," titah Abimanyu yang sudah tak kuat mendengar cerita Alana. Pantas saja kekasihnya menangis seperti tadi.

Alana hanya menyetujui perintah kekasihnya. Dia memang sudah lelah. Alana memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di kasur yang nyaman.

"Oh, iya. Aku boleh buka laptop Ana?" tanya Abimanyu yang mendapat anggukan dari Alana.

Gadis itu memberi tahu kata sandi laptopnya agar Abimanyu dapat mengakses. Alana membiarkan kekasihnya begitu saja. Dia hanya menatap Abimanyu yang mulai mengotak-atik laptopnya.

Dia baru ingat jika kekasihnya seorang programmer yang kadang nakal. Lelaki itu juga sering belajar perihal meretas data-data. Alana hanya berharap agar kekasihnya bisa menemukan petunjuk. Setidaknya, agar dia tak diingat sebagai karyawan terburuk di Flamingo.

° ° °

° ° °

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

° ° °

Pacar tukang hack kok dilawan. 😭

...

Terima kasih banyak sudah membaca Hack Heart bab ini. Silakan tinggalkan jejak melalui vote dan komen, ya. 🤗

...

Kamis, 17 Maret 2022

-- dheisyaadhya --

HACK HEART [END] ✓Where stories live. Discover now