•Surut

638 94 50
                                    

Mingyu tersenyum samar melihat Tzuyu yang sedikit lebih tenang dengan kopi ditangannya. Uap panas yang meluap membuat wajah Tzuyu seperti diasapi. Wanita itu memandang kosong ke depan dengan satu tangan memegang cup kopi dan sebelahnya lagi memegang sebungkus roti yang sudah digigit.

"Yu..." Mingyu menyadarkan Tzuyu dari lamunan, yang ia sendiri yakini kalau terjadi sesuatu hal kepada pujaan hatinya ini.

"Hmmm... Iya, kak?"

"Bagaimana pernikahanmu? Setelah sekian lama semenjak kau menikah, baru ini kau mengunjungi toko roti ku lagi. Sudah hampir 3 tahun, lho. Dan rasanya bahagia bisa melihatmu mengunjungiku."

Pipi Tzuyu memanas karena malu. Bagaimana bisa datang kesini dan terlalu ceroboh. Tentu saja, Mingyu akan berkata begini. Selama ini Tzuyu terlalu angkuh dan melupakan mantan yang sangat baik kepadanya ini. Mereka bahkan berpisah baik-baik namun Tzuyu memilih untuk memutus kontak sepihak dari pria super baik hati ini. Tapi bukankah memang seperti itu seharusnya wanita yang sudah menikah? Menjaga kehormatannya dengan tidak berkomunikasi dengan pria lain apalagi mantan pacar sendiri?



"Kak Mingyu..." kata-kata Tzuyu terputus dan wanita itu tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Bingung harus apa.

"Bukan bermaksud bagaimana. Jangan salah paham dan tidak enak begitu. Aku hanya berusaha untuk sesantai itu denganmu. Sejak tadi kau hanya diam dan melamun. Apa ada yang salah? Apa kau baik-baik saja?"

Tzuyu tersenyum samar, lalu mengangguk mencoba meyakinkan. Ia tidak ingin suaminya di cap buruk oleh orang lain. Bagaimanapun... Tzuyu harus tetap menjaga nama baik suami dan aib rumah tangganya. Tzuyu berusaha berbohong dan menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi, membuat Mingyu tidak ingin bertanya lebih.

Mingyu ingin Tzuyu merasa nyaman saat ini, tidak perlu menambah beban kepadanya. Dan jika saja dia boleh jujur, belum ada satu wanita pun yang berhasil menggantikan mantan kekasihnya ini. Tzuyu tetaplah nomor satu baginya dan hanya satu, meskipun sudah ditinggal menikah hampir 3 tahun, tapi menurutnya tetap tidak ada yang mampu menggantikan posisi Tzuyu, maka dari itu Mingyu masih lajang sampai sekarang. Tapi jika dulu orangtua Tzuyu berkenan, maka dengan cepat Mingyu menjadikan wanita ini menjadi istrinya.

Memiliki keluarga kecil dan bahagia selamanya.

"Tzuyu, jika kau punya masalah yang ingin kau ceritakan, aku selalu ada disini. Kau tahu kan, aku akan selalu mendengarkan keluh kesahmu. Jadi jangan merasa sendiri."

Betapa tulus ucapan itu Mingyu sampaikan, sampai Tzuyu bisa merasakan betapa pria ini peduli padanya tidak seperti suaminya yang hanya tahu menyakiti dan playing victim jika ada kesempatan, berusaha semaksimal mungkin membuat image Tzuyu jelek di depan mertuanya, semua itu semata-mata dia lakukan demi perselingkuhan terkutuknya dengan pacarnya Jennie Kim. Wanita yang mendekati tipikal sempurna itu.

Tzuyu tidak menjawab apapun, dia hanya mengerlip beberapa kali ke langit agar air matanya tak tumpah ruah, lalu mengangguk dan semaksimal mungkin menarik garis bibirnya untuk tersenyum.

Detik berlalu hingga tak sadar beberapa jam terlewati begitu saja.
Jam menunjukkan pukul 11 malam dan Tzuyu bersiap pulang, kebetulan mereka saat ini di taman yang dekat dengan kantor pusat Mingyu.

"Aku akan mengantarkanmu pulang."

"Tidak perlu, kak. Aku sendiri saja."

"Tapi ini terlalu larut, Yu. Bisa berbahaya jika kau menyetir sendirian. Aku tidak ingin mengambil resiko kalau kau sampai kenapa-napa nanti."

Lagi dan lagi. Kenapa tidak Mingyu saja yang dijodohkan dengan Tzuyu? Benak gadis itu selalu saja begitu. Sikapnya selalu bertolak belakang dengan siapa yang sebenarnya menjadi suaminya.

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗘𝘁𝗵𝗲𝗿𝗲𝗮𝗹 🔐Where stories live. Discover now