•Yang tersisa hanyalah Air Mata, Cinta

958 120 56
                                    

Tzuyu masih diam saja saat Taehyung mendekatinya. Pria ini niat sekali mengerjarnya.

“Sayang...”

Tzuyu tidak menghiraukan. Ia sibuk mengurus ini dan itu, tapi Taehyung selalu mengikutinya.

“Tzuyu, hey... Sayang...” kemana Tzuyu pergi kesana Taehyung turut serta. Pria itu berusaha menghalaunya, tapi Tzuyu menggunakan jalur lain agar bisa lewat.

Tzuyu langsung berlari masuk ke kamarnya dan saat Taehyung ingin masuk juga, segera Tzuyu membanting pintu dan menguncinya.

“Sayang, jangan seperti anak-anak begini, dong. Hey, Tzuyu.” Taehyung mencoba mengetuk berulangkali, dari yang terlembut sampai sedikit keras tapi Tzuyu tidak menggubrisnya.


Hendak dicarinya kunci cadangan kamar istrinya. Tapi bunyi ponsel langsung mengurungkan niatnya.

“Iya?!” pekiknya kesal.

“...”

“Tidak bisa apa rapatnya ditunda dulu? Istri saya sedang ngambek.”

“...”

“Kenapa kamu tidak bilang dari tadi? Dasar bodoh!” Taehyung langsung mematikan ponselnya.

Taehyung kembali mendekati pintu kamar sang istri. Dan mengetuknya lebih lembut.
“Sayang, aku rapat dulu, ya. Mungkin jam 7 aku sudah sampai disini. Jaga dirimu, aku janji akan pulang lebih awal. Kalau lelah istirahat saja, aku ingin kita makan malam bersama. Nanti aku bawakan makanan dari luar. Kalau ada yang ingin kau pesan, katakan saja padaku. Aku sebenarnya tidak ingin kau lelah dengan memasak. Tapi, aku sungguh ingin makan ikan malam ini. Yang asam-manis seperti biasa kau masak. Tapi kalau lelah jangan dipaksa.” Taehyung nyengir sendiri, seperti orang bodoh. Baru kali ini dia mencoba membujuk wanita, biasanya juga dia yang dibujuk. Tapi apa daya, ini salahnya, dia tidak ingin bercerai dalam waktu kurang dari seminggu, yang benar saja. Entah kenapa dia tidak rela.

Dengan langkah cepat ia menuruni tangga dan pergi ke kantor. Meninggalkan istrinya di dalam kamar yang melamun sedih. Menyebalkan! Tzuyu masih kesal dengan semua yang terjadi. Wanita itu hanya mampu menarik nafas berat.









🥀

Taehyung pulang, wajahnya sumringah. Dia membeli buket bunga mawar putih, kali ini lebih mahal disertai coklat, siapa tahu dengan bantuan coklat Tzuyu akan lebih luluh.

Apalagi saat menemukan nasi panas dan lauk-pauk yang baru dimasak sesuai pesanannya, Taehyung tahu sekali bahwa ia sudah dimaafkan. Tzuyu pasti sedang mandi dan sebentar lagi turun. Taehyung menunggu 15 menit, tapi tidak ada tanda-tanda Tzuyu akan turun. Dengan perut keroncongannya, Taehyung naik ke atas ingin memanggil Tzuyu.

“Sayang...” diketuknya pintu Tzuyu dan diputarnya knop. Namun, pintu itu di kunci.

“Sayang, masih marah, ya? Tzuyu... Suamimu pulang, sayang.”

Taehyung terdiam beberapa saat. Didiami begini saja sudah membuatnya tidak enak badan, padahal dia yang salah, dan Tzuyu berhak marah. Siapa yang tidak marah saat tahu pasangannya kumpul kebo dengan oranglain? Belum lagi kebohongan-kebohongan Taehyung yang turut serta.

Bagaimana dulu Tzuyu mengalami ini semua membuat Taehyung semakin merasa bersalah. Membayangkan istrinya tidur dengan mantannya si tukang kue itu membuatnya bergidik ngeri. Sampai mati pun dia tidak rela memberikan aset Tzuyu yang kini ia miliki dinikmati oleh oranglain. Taehyung akan cabik-cabik orang itu.

“Sayang, kau tega membiarkan aku makan malam sendirian? Jangan tega begitu, dong. Sayang...” tetap tidak ada jawaban dari dalam.

Taehyung menghela nafas kasar, lebih menyenangkan melihat Tzuyu marah-marah atau memukulinya saja sekaligus daripada begini. Sungguh, ini perasaan paling tidak menyenangkan yang ia pernah rasakan seumur hidup.

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗘𝘁𝗵𝗲𝗿𝗲𝗮𝗹 🔐Where stories live. Discover now