•Mesra-mesranya, kecil-kecilan dulu

611 104 49
                                    

Toko roti itu sudah tua dan terhitung sebulan Taehyung menahan hasrat bertemu istrinya. Dia tahan sekuat hati, untuk tidak langsung membopong istrinya setiap kali melihat wanita itu melayani pembeli pria atau bicara panjang lebar dengan Mingyu selepas bekerja. Sebulanan penuh berat yang semakin berat karena Jennie yang kerap mengganggunya.

Ah, balik ke toko roti, Tzuyu memutuskan bekerja di salah satu anak cabang toko milik Mingyu. Pria itu sangat baik memberikan segala ini, pekerjaan tanpa tugas yang berat. Hanya menjadi kasir dan penjaga roti. Lainnya dikerjakan pegawai lain, membuat roti, bersih-bersih dan keamanan semua disediakan dengan baik dan ibu hamil itu hanya perlu berdiri jika diperlukan.

Memakai orang dalam memang sangat tepat ditujukkan padanya. Bukan lagi orang dalam, Tzuyu memakai pemilik toko roti ini untuk merekrutnya. Kehamilan kian hari kian berat, tapi Tzuyu sangat semangat. Bisa saja meminta papanya mempekerjakan dirinya di kantor, namun mana mungkin, ia mogok bertemu Taehyung dan kantor sebentar lagi juga akan dialihnamakan atas nama pria itu. Lagi pula Tzuyu senang dengan pekerjaannya yang sekarang, menjaga makanan kesukaannya dengan wangi roti panggang dan ya... Inilah surga dunianya.

Kadang-kadang dia suka makan sampai kalap di waktu istirahat. Mingyu menggratiskan segalanya, tapi Tzuyu lebih suka membayar. Baru berpisah dari lelaki bernama Taehyung itu, Tzuyu sudah naik 5 kilogram. Sungguh, dia gemoy dan semakin cantik.

“Aku mau ini.”

“Baik tunggu sebentar.”

Tzuyu segera sibuk mengambil kantong roti beserta roti yang ditunjuk pelanggannya. Mata wanita itu menatap jemari yang ada di steleng kaca dan dia tahu benar milik siapa itu lengkap dengan cincin pernikahan yang tersemat cantik di jari miliknya juga.

Matanya perlahan melirik seorang pria yang berdiri di balik kontainer roti.

Deg.

Ya, Kim Taehyung. Tentu saja.

“1.500 won.” kata Tzuyu sembari menyodorkan paper bag berisi roti.

Taehyung terus saja menatap wanitanya dengan intens, meskipun Tzuyu selalu mengalihkan pandangan. God damn! Dia sangat merindukan istrinya ini. Inginnya segera digendong dan dibawanya pulang. Kalau perlu dia tidak bekerja selama sebulan penuh demi bisa memeluk wanita ini setiap detiknya.

“1.500 won.” ulang Tzuyu dengan nada lebih tegas. Diliriknya ke bawah balik kontainer, tangan Taehyung menggantung memegang bucket bunga mawar putih. 

Aneh sekali rasanya pria tidak berperasaan ini memegang bunga, gayanya angkuh tapi lihat tangan manis satunya bertengger apa.

Gila memang.

“Terimakasih.” ujar Tzuyu tetap tidak mau menatap Taehyung saat mengulurkan sejumlah uang diatas meja. Lalu mengembalikan uang kembaliannya.

“Aku juga mau ini.” Taehyung menunjuk roti lainnya.

Tzuyu kembali memasukkan roti ke dalam paper bag.

“3.500 won.”

“Kenapa yang ini lebih mahal. Jelas sebelumnya lebih banyak cokelatnya.”

Tzuyu menunjuk label harga dengan kesal. Sebodoh apa sebenarnya pria yang dia nikahi? Seharusnya dia melihat harga dulu sebelum membeli. Ah, abaikan itu! Dia bahkan bisa membeli semua cabang toko roti Mingyu jika dia mau.

Dengan kikuk pria itu mengeluarkan dompetnya kembali, lalu mengeluarkan beberapa lembar won.

“Terimakasih.”

“Ah, ini juga boleh.” 

Hhh... Sekarang ide apa lagi yang merasuki pria ini? Tzuyu dengan kali ini sedikit membanting pintu kontainer roti. Sabar Tzuyu, si brengsek satu ini adalah pembeli. Tidak seharusnya membawa masalah rumah tangga dalam pekerjaan.

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗘𝘁𝗵𝗲𝗿𝗲𝗮𝗹 🔐Where stories live. Discover now