PART 10

19 5 30
                                    

Ketika kamu mampu memaafkan masa lalu, itu karena kamu sudah mencapai tahap ikhlas.

***

Hari ini adalah hari jumat, Nayyara sudah rapih dengan seragam sekolah muslimnya, dan tak lupa juga Nayyara memakai kerudung jika hari jumat.

Saat Nayyara sudah merasa dirinya rapi dan tidak ada yang terlupa. Kemudian Nayyara keluar dari kamarnya menuju ruang makan untuk membuat sarapan.

Saat sudah sampai di depan pintu kamar, betapa kagetnya dirinya melihat Teguh—ayahnya,  sedang membaca koran di ruang tamu seraya terdapat secangkir kopi di meja itu.

Nayyara baru ingat, jika ayahnya akan menginap di rumah sekitar empat hari.

Teguh yang tersadar Nayyara sedang menatapnya, lalu mengalihkan pandangannya yang sedari awal melihat koran, kini menatap Nayyara.

"Udah bangun, Ra?" tanya Teguh, kenapa dirinya sangat bodoh melontarkan pertanyaan seperti itu, jelas-jelas putrinya itu sudah terbangun dan berada di hadapannya.

Nayyara yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan ayahnya hanya mengangguk sebagai tanda jawabannya.

Dirinya kemudian hendak pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Namun, terhenti ketika mendengar pertanyaan dari ayahnya.

"Yara, mau kemana?" tanya Teguh, oke. Anggap saja ini bukan seperti percakapan antara anak dan ayahnya, karena terdengar sangat kaku.

"Ke dapur," jawab Nayyara, hanya menatap Teguh sekilas. Kemudian pergi menuju dapur.

Teguh yang mendengar itu lantas menaruh koran yang sedang ia baca di meja.

Teguh berpikir, dirinya tidak menyiapkan makanan, bahkan dirinya juga tidak bisa memasak. Lalu apa yang akan Nayyara makan?

"Ayah lupa beliin Yara makanan, Yara tunggu ya, Ayah keluar dulu cari makanan," ucap Teguh saat dirinya dan Yara sampai di depan dapur.

Namun, langkah Teguh terhenti ketika mendengar ucapan Nayyara.

"Gak usah, Yara bisa masak." Ucapan itu mampu membuat Teguh berbalik menatap Yara. Dan dirinya kemudian mengangguk seraya duduk di meja makan di dekat dapur.

Masih ada waktu sekitar satu jam sebelum bel masuk sekolah, Nayyara memasak nasi goreng seperti biasa.

Teguh terus menatap Nayyara, melihat sang anak perempuan sudah beranjak dewasa dan sudah bisa mengurus dirinya sendiri.

"Makan dulu," ucap Nayyara sambil menaruh dua piring nasi goreng untuk dirinya dan juga ayahnya.

Teguh pun sadar dari lamunannya, dan menatap sepiring nasi goreng yang berada di hadapannya.

Dengan lahap Nayyara memakan nasi goreng buatannya, Teguh tersenyum melihat Nayyara tumbuh dengan baik walaupun tanpa sosok dirinya.

"Soal dulu, Ayah..." Ucapan Teguh terpotong.

"Lupain soal dulu Yah, Yara udah maafin semua yang pernah terjadi di masa lalu," sahut Nayyara menghentikan makannya, dan lalu menatap ayahnya yang juga sedang menatap dirinya sendu.

Filhellenisme (END)Where stories live. Discover now