PART 26

22 3 0
                                    

Nyatanya kamu menjadi tokoh protagonis yang dipaksa keadaan menjadi antagonis.

***

Setelah mengerjakan tugas kelompok Liora dan Anya sudah pulang terlebih dahulu, jangan tanya betapa sebalnya Anya, dirinya pulang diantarkan oleh supir pribadi Kania, Mama Raga.

Bagaimana dengan Nayyara? Dirinya masih berada di rumah Raga, atas pesan Kania yang mengharuskan Raga mengantar Nayyara pulang.

"Makasih ya Tante," ucap Nayyara terima kasih setelah menerima bingkisan dari Kania.

"Iya sama-sama, titip salam buat Mama kamu ya," pesan Kania membuat Nayyara mengangguk.

"RAGA! CEPETAN, ANTER YARA PULANG," teriak Kania, karena Raga sedang berada di kamarnya untuk mengganti baju yang semula seragam sekolah.

"Eh gak usah Tan, Yara pesen ojek online aja," tolak Nayyara, sejujurnya dirinya masih merasa canggung jika berada di dekat Raga.

Raga turun menghampiri Kania dan Nayyara yang berada di lantai satu, ruang tamu.

"Ayo!" ajak Raga sambil menoleh ke arah Nayyara.

"Udah sana, hati-hati ya Ga, jangan ngebut naik motornya," pesan Kania membuat Raga mengangguk.

Disaliminya punggung tangan Kania, kemudian keluar rumah menuju parkiran, tak lupa juga mereka berdua mengucapkan salam.

Di sepanjang jalan hanya terdengar deruman motor, sedangkan mereka berdua hanya diam tanpa adanya obrolan.

Baru setengah jalan, hujan turun tanpa di duga-duga, padahal cuaca cerah. Namun, hujannya turun dengan lebat.

Duberhentikannya laju motor di depan toko sepatu yang terlihat tutup.

"Pake jaket gue!" ucap Raga, sambil melepaskan jaketnya dan diberikan kepada Nayyara.

"Gak usah, makasih," tolak Nayyara, tanpa menoleh ke hadapan Raga sedikit pun.

Terdengar embusan nafas yang begitu panjang dan berat. Raga, lelaki itu hanya mencoba mencairkan suasana saja. Apalagi Nayyara menggunakan seragam sekolah yang tipis, pasti dirinya kedinginan sekali.

"Pake! Kalo gak mau pake, buang aja!" ujar Raga, membuat Nayyara mau tak mau menerima jaket tersebut.

Inilah yang Nayyara tidak sukai dari Raga, dirinya akan seolah baik-baik saja, padahal Raga belum mengucapkan kata maaf atas kejadian kemarin.

"Ini yang gue gak suka dari lo, Ga. Lo akan bersikap seolah kita baik-baik aja, padahal jelas-jelas lo tahu kejadian kemarin bikin gue kecewa!" keluh Nayyara sambil menoleh ke arah Raga.

"Lo bentak-bentak gue di depan umum, Ga. Lo sadar gak, sih?" bentak Nayyara kali ini.

"Iya Yar, gue tahu gue salah. Gue minta maaf Yar, kemarin gue bener-bener khilaf sampe mempermalukan lo depan umum. Sorry Yar, sorry," balas Raga, sambil memegang kedua tangan Nayyara.

"Selalu begitu, selalu lo bilang khilaf.  Lo bukan Raga yang gue kenal, Raga yang gue kenal itu ngejaga, bukan malah nyakitin gue," geram Nayyara, seraya menunjuk Raga dengan jari telunjuknya.

Filhellenisme (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang