PART 18

18 3 0
                                    

Perasaan adalah sebuah keputusan, jangan sampai keputusanmu itu menghancurkan hati orang lain.

***

Hari ini adalah hari minggu, di mana tepat acara festival diadakan. Tim ekskul musik datang sejam sebelum acara dimulai, untuk mengecek alat-alat musik supaya tidak ada yang bermasalah.

Acara festival ini menampilkan banyak bakat murid seperti puisi, drama, bernyanyi, dan lain-lain. Selain itu juga ada bazar yang dilakukan oleh para murid. Mulai dari makanan, minuman, hiasan, bahkan pakaian sekalipun.

Nayyara tadi datang berasama dengan Bara, tetapi Bara hanya sekedar mengantarnya saja, dan dia akan menyusul saat acara festival telah dimulai. Mereka berdua telah sepakat akan berpura-pura tidak mengenal jika berada di sekolah, alasan Nayyara karena. "biar temannya mengetahui dengan sendirinya." begitu katanya.

"Udah pada cek alat musik?" tanya Tama sebagai ketua.

"Sudahhhh," jawab mereka bersamaan.

"Aman ya kalo gitu," ucap Tama sambil duduk dekat dengan drum.

Bunyi notifikasi dari ponsel Tama membuat mereka yang ada di sana sontak menatap Tama.

Dilihat Tama mengacak rambutnya setelah menutup ponselnya, apakah ada berita atau kabar buruk?

"Ada apa Tam?" tanya Nayyara seraya menghampiri Tama.

"Caca gak bisa hadir, neneknya meninggal dunia semalem, dan dia baru bisa hubungi gue karna di sana katanya gak ada sinyal," jelas Tama membuat semua yang mendengarnya menghela napas pasrah.

Apa yang akan mereka lakukan? Sejam lagi acara festival akan dimulai, dan tidak ada waktu lagi untuk sekedar latihan.

"Terua gimana nih, Tam?" tanya Sama membuat Tama diam.

"Kita gak mungkin buat latihan lagi dan cari vokalis, waktunya gak cukup," keluh Alda membuat Tama tetap tak bergeming.

Tama diam, bukan karena kesal ataupun marah. Dirinya hanya sedang berpikir dan mencari strategi, karena seperti yang Alda katakan, waktunya tidak cukup untui sekadar latihan ataupun mencari vokalis baru.

"Gue punya ide!" sahut Tama sambil berdiri.

Semua menatap Tama, berharap ide yang Tama berikan membantu memecahkan masalah.

"Kita gak perlu latihan, ataupun cari vokalis baru," ucap Tama sambil melirik Nayyara. Membuat semua mata menatap Nayyara juga.

Nayyara bingung, kenapa semua temannya menatap ke arahnya?

"Kaliah ngerti yang gue maksudkan?" tanya Tama membuat semuanya mengangguk.

"Kalian kenapa, sih? Kenapa pada natap gue, hah?" tanya Nayyara bingung.

"Lo masih gak ngerti yang Tama maksud, Yar?" tanya Alda membuat Nayyara menggeleng kuat.

"Lo Yar, lo yang bakal ganti Caca sebagai vokalis utama," jelas Tama membuat Nayyara melongo sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Gue?" tanya Nayyara, membuat mereka semua mengangguk.

Filhellenisme (END)Where stories live. Discover now