PART 14

24 5 10
                                    

Dulu dekapanmu terasa jauh, hingga rasanya sulit aku gapai.

***

Nayyara pulang lebih dulu sebelum jam pulang sekolah, dirinya pun sudah membuat surat izin karena tidak enak badan.

Liora tidak dapat mengantarkannya, begitu pula dengan Raga dan Tama. Karena mereka masih harus melanjutkan pembelajaran sampai pulang sekolah.

Taksi pun sudah sampai tepat di depan rumahnya, tidak lupa juga Nayyara membayar taksi itu sebelum keluar.

Saat memasuki rumah, dirinya melihat Teguh sedang memainkan laptopnya, mungkin ada urusan pekerjaan.

"Loh, kamu kok udah pulang aja? " tanya Teguh menghampiri Nayyara. Betapa kaget dirinya melihat tangan Nayyara diperban seperti itu.

"Ya ampun sayang, tangan kamu kenapa? Cerita sama Ayah, siapa yang berani ngelukain kamu?" tanya Teguh sambil memegang pergelangan tangan Nayyara.

Nayyara lalu memeluk ayahnya, pelukan yang mungkin baru bisa ia rasakan sekarang, karena jika dahulu rasanya dekapan Teguh terlalu jauh untuk dirinya rasakan.

Pelukan ini, pelukan hangat yang tak pernah Teguh rasakan. Nayyara kini memeluknya dengan erat.

"Ayah," lirih Nayyara sambil memeluk Teguh, isakannya terdengar di telinga Teguh.

Teriris? Tentunya, untuk pertama kali Teguh merasakan pelukan anaknya, dan sekarang untuk pertama kalinya juga, Teguh melihat anaknya menangis.

"Sayang kenapa? Cerita sama Ayah," ucap Teguh sambil mengelus rambut sebahu Nayyara.

"Yara...." Ucapan Nayyara terhenti oleh ucapan Teguh.

"Mending kita duduk dulu." Itulah yang Teguh ucapkan, dirinya dan Nayyara pun duduk di bangku ruang tamu.

"Kenapa nangis? Siapa yang berani bikin putri kesayangan Ayah ini sampe nangis? Ayo bilang," cerocos Teguh sambil menatap Nayyara yang juga menatapnya.

"Lihat? Kacamata kamu sampai berembun gitu," ucap Teguh lalu melepaskan kacamata yang Nayyara kenakan.

"Kalo emang bener ada yang nyakitin Yara, apa yang mau Ayah lakuin sama orang itu?" tanya Nayyara tiba-tiba.

"Ayah gak akan segan-segan balas rasa sakit, yang kamu rasain. Gak akan Ayah kasih ampun, sampai dia berlutut dan minta maaf sama kamu," jawab Teguh membuat Nayyara tersenyum.

Jadi gini rasanya disayang Ayah?

"Yara gak apa-apa kok Yah, tadi Yara jatuh dari tangga sekolah terus pergelangan tangan Yara terluka," jelas Nayyara, tentunya itu adalah sebuah kebohongan. Mengingat perkataan yang ayahnya lontarkan tadi saja cukup membuat Nayyara kini lebih baik.

"Beneran? Gak lagi bohongin Ayah, kan kamu?" tanya Teguh penuh selidik.

"Iya Yah, beneran kok," jawab Nayyara sedikit gugup.

"Ya udah kamu istirahat dulu sana, lain kali hati-hati ya," ucap Teguh yang diangguki Nayyara.

Nayyara pun pergi ke kamarnya, untuk beristirahat. Hari ini memang membuat dirinya lelah dan takut secara bersamaan.

Filhellenisme (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang