PART 15

26 5 11
                                    

Meminta maaf, bukan berarti kalah.

***

Hari ini sedang diadakan rapat guru tentang festival yang nanti akan di adakan di sekolah, membuat para murid berhamburan keluar kelas untuk sekadar berbincang ataupun menikmati makanan di kantin.

Panas siang hari kini nampak tidak terlalu terik, karena angin berhembus begitu lumayan kencang membuat empat remaja kini duduk di bawah pohon yang rindah di belakang taman sekolahnya.

Berbeda dengan empat remaja yang sibuk dengan pemikiran masing-masing, tentang siapa seorang laki-laki yang mendatangi Karel, dan mengancamnya untuk meminta maaf.

Siapa laki-laki itu? Apa laki-laki itu mempunyai hubungan dengan Nayyara?

"Kalian pada mikirin apa, sih?" tanya Liora tiba-tiba mencairkan suasana yang tadinya nampak hening.

"Gak tau, gue pura-pura mikir aja, sih, biar keren," jawab Raga membuat mereka bertiga geleng-geleng kepala.

"Wajar sih, dia kan gak punya otak," celetuk Nayyara membuat Raga memelototinya.

"Gue lagi mikirin soal Karel kemarin, kira-kira orang itu ada hubungan apa Yar sama lo?" sahut Tama membuat mereka semua terdiam.

"Gue juga gak tahu Tam, gak mungkin kalau saudara gue, karena gue sama Mamah gak terlalu deket sama keluarga besar, jadi rasanya gak mungkin kalau salah satu di antara mereka," jawab Nayyara sambil menopang tangannya bertopang dagu.

"Ayah lo Yar? Dia tahu kejadian lo sama Karel?" tanya Raga yang kini nampak serius, sebab Nayyara kini telah dekat dengan ayahnya.

Nayyara coba mengingat hal yang terjadi dengan ayahnya, tetapi Nayyara, kan tidak memberi tahu ayahnya bahwa dirinya terluka karena seseorang.

"Kemarin pas pulang sekolah, Ayah emang tanya kenapa tangan gua diperban, tapi gue bilang kalau jatuh dari tangga," jawab Nayyara membuat mereka lagi-lagi berpikir.

"Eh tunggu dulu," ucap Nayyara mengingat sesuatu.

"Kenapa Yar?" tanya Liora kepo.

Nayyara menceritakan semua kejadian dari saat dirinya turun dari taksi, sampai ayahnya bertanya tentang tangannya yang diperban.

Selesai Nayyara menceritakan hal itu, ada percakapan yang menurut mereka aneh.

"Apa yang kalian pikirin, sama kayak yang gue pikirin?" tanya Raga sampil menatap mereka satu-satu.

Mereka semua nampak mengangguk ragu, sepertinya memang memikirkan hal yang sama.

"Ayah lo," sahut mereka bersamaan, tak terkecuali Nayyara. Kini mereka semua menatap Nayyara, membuat Nayyara menatap mereka bertiga balik.

Ya, ayahnya Nayyara. Mereka memikirkan hal yang sama, tentang ayahnya Nayyara yang mengancam akan membuat seseorang berlutut di hadapan Nayyara jika ada yang menyakiti anaknya.

Apakah menurut kalian, orang itu adalah Teguh, Ayah dari Nayyara?

"Tapi kalau memang Ayah, kapan dia datang ke rumah Karel? Jelas-jelas Ayah selalu sama gue," ucap Nayyara bingung, masa iya, sih, ayahnya?

Filhellenisme (END)Where stories live. Discover now