PART 19

17 4 0
                                    

Aku harap, kita satu takdir.

***

Raga, laki-laki itu menghampiri Nayyara dengan membawa sebucket bunga mawar putih, sangat indah.

"Gue bilang juga apa, suara lo tuh bagus, tapi malah gak pede mulu bilangnya," ucap Raga sambil memberikan sebucket bunga mawar putih tersebut.

Raga memang pernah mendengar Nayyara bernyanyi saat sedang bersamanya, tapi entah kenapa Nayyara selalu bernyanyi dengan suara yang dijelek-jelekkan.

"Buat gue?" tanya Nayyara sambil menerima bucket bungan tersebut.

"Iya lah buat lo, masa buat dia," cibir Raga sambil melirik Tama yang berada di samping Nayyara.

Mulai deh Raga, julidnya keluar.

"Gua juga ogah kali dikasih bunga sama lo, kalo dikasih Yara, sih, oke aja," sahut Tama sambil melirik Nayyara sambil tersenyum menggoda.

Tama kenapa jadi geliin gini, sih?

"Bunga kuburan!" sindir Raga membuat Tama menatapnya tajam.

"Bisa gak, kaliat berdua kalo ketemu jangan ribut! Gue jodohin kalian berdua ya!" kesal Liora karena sedari tadi dirinya hanya diam, memperhatikan Tama dan Raga yang sibuk saling sindir.

Liora lantas menghampiri Nayyara seraya merangkulnya untuk pergi dari hadapan Tama dan Raga.

"Eh woi, mau kemana lo?" tanya Raga saat melihat Liora membawa Nayyara pergi dari belakang panggung.

"Ke mana aja, asal gak lihat lo berdua," teriak Liora sambil mengangkat tangan dan melambaikannya.

Raga dan Tama yang melihat itu terdiam, dan saling tatap sebentar.

"Dih," cibir mereka berdua bersamaan, setelah melihat satu sama lain.

Mereka berdua lari menyusul Nayyara dan Liora yang berada distand makanan.

"Surga duniawi banget," puji Nayyara setelah melihat sekolahnya kini penuh dengan banyak stand makanan dan lain-lain.

"Beli itu, ayo!" ajak Nayyara sambil menarik tangan Liora.

Kini mereka berdua tepat didepan stand bakso dan mie ayam, mereka berdua lantas duduk di bangku yang telah disediakan.

"Kak! Bakso satu, sama mie ayam bakso satu ya!" teriak Nayyara sambil mengangkat tangannya.

"Saya juga kak!" ucap Tama dan Raga bersamaan, saat mereka tepat sampai di stand itu.

Mereka berdua lantas duduk berhadapan, membuat Nayyara dan Liora menghela napasnya kasar.

"Mereka lagi kenapa, sih," bisik Liora tepat di kuping Nayyara.

"Belom makan ayam kali," bisik Nayyara juga, mereka berdua lantas tertawa kecil.

Raga dan Tama yang melihat mereka berdua berbisik pun mengerti, pasti mereka sedang membicarakannya.

Tidak beberapa lama pesanan mereka berdua pun telah dihidangkan di meja, mereka berempat langsung makan dengan lahap tanpa berbicara. Karena memang sejujurnya mereka berempat sama-sama belum makan dari rumah.

Filhellenisme (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang