PART 20

22 4 0
                                    

Jika bisa mengulang masa lalu, ada banyak orang yang tidak ingin aku kenal.

***

Hari ini adalah hari senin, hari di mana siswa dan siswi ingin hapus dari kalender, karena mereka harus bangun lebih pagi di hari senin, dan harus rela berdiri di lapangan dengan matahari terik yang berada di atas kepala, rasanya seperti sedang menjemur ikan asin.

Nayyara berdiri di barisan kelasnya, dengan Liora yang berada di depannya. Liora terus bergerak karena merasa pegal dan juga panas.

"Neraka lagi open the door apa ya, panas banget," keluh Liora, dirinya terus bergerak persis sekali seperti cacing kepanasan.

"Bisa diem gak, sih, lo? Kayak cacing kepanasan," sahut Nayyara sedikit memajukan badannya, dan berbicara tepat di samping telinga Liora.

"Gue emang kepanasan, Yara," balas Liora membuat Nayyara rasanya ingin menendang bokong Liora, lalu tersungkur.

"Pura-pura pingsan sono Yar, lumayan minum teh manis," saran Liora sambil kepalanya sedikit menoleh ke arah Nayyara.

"Ogah gue! Malu-maluin aja pingsan!" tolak Nayyara, membuat Liora harus pasrah.

Di lapangan saat ini guru sedang menyampaikan amanat, karena sebentar lagi kelas dua belas akan menghadapi ujian semester.

"Pak Dodo lagi nyampein amanat, atau lagi ceramah pagi, sih? Lama banget!" kesal Liora, membuat Nayyara yang ada di belakangnya benar-benar terusik.

"Bisa diem gak tuh congor? Gue lakban nanti ya!" ujar Nayyara membuat Liora terdiam, karena Nayyara adalah tipikel orang yang akan membuktikan ucapannya.

Sepuluh menit berlalu, upacara telah dibubarkan. Kini Nayyara, Liora, dan Raga sedang menaiki anak tangga untuk bisa sampai ke lantai tiga, karena hari ini mereka mempunyai jadwal berada di lab.

"Udah diri di lapangan panas-panasan, sekarang naik tangga buat sampe ke lab, gimana gak mau copot nih kaki!" keluh Liora saat menaiki anak tangga dengan sesekali memegang lututnya.

"Lift mana lift, naik lift aja yuk," sahut Raga yang juga merupakan tukang ngeluh.

"Gue seret juga ya lo berdua!" ancam Nayyara, kenapa kedua temannya ini sangat suka mengeluh.

"Mau dong kalo di seret Yara," goda Raga, membuat Nayyara dan Liora merinding mendengarnya.

"Jijik, Ga," ucap Nayyara, sampai tak terasa kini mereka telah sampai di depan pintu lab.

Mereka pun melepaskan sepatu mereka dan menaruhnya di rak sepatu, sebelum masuk ke dalam lab.

Saat membuka pintu lab, betapa bahagianya mereka bahwa angin AC menyeruak sampai keluar pintu lab.

"Huh, gila adem banget, berasa di surga bersama para bestikuhhh," ucap Liora lebay, sambil menduduki salah satu kursi lab.

"Mimpi apa gue, punya temen kelakuan medi kayak dia," ucap Nayyara sambil geleng-geleng kepala.

Bu Lana memasuki ruang Lab dengan membawa laptop, dan beberapa buku.

"Assalamualaikum, pagi anak-anak," salam Bu Lana sambil menduduki kursinya.

Filhellenisme (END)Where stories live. Discover now