01 || Aisyah Nurul Huda

111K 11.5K 332
                                    

Happy Reading...

...

Pasal tentang Aisyah yang dipaksa abinya untuk melanjutkan langkahnya kepesantren Gontor sebagai santri.

Kedua orang tuanya, Abi dan umi, juga kakak lelakinya yang sekeras mungkin meyakinkan Aisyah untuk masuk pesantren. Padahal mereka juga pemilik pesantren, namun mereka lebih suka para putri dan putra mereka berguru agama pada orang lain.

Dan tentunya mereka akan kalah dengan Aisyah yang memang bibir dan otaknya terlalu memiliki banyak rencana.

Aisyah akhirnya diperbolehkan sekolah MA didekat rumah dan pesantren nya, ia lebih baik sekolah biasa dari pada sekolah dipesantren modern abinya, ia tidak menyukai keseganan para santri padanya, terlalu menyebalkan karena mungkin ia tidak akan pernah memiliki teman jika mereka saja terlalu segan padanya.

Ia juga tidak ingin nyantri pada orang lain karena ia memang tidak pernah mampu jauh dari Abi dan uminya.

Hari pertama sekolahnya benar benar menyenangkan. Dibantu paras rupawan dan kelembutannya Aisyah mampu memiliki banyak teman dihari pertama.

Pulangnya, karena memang sekolah Aisyah berada begitu dekat dengan pesantrennya ia akhirnya berjalan kaki.

Mungkin hanya 15 menit jalan kaki Aisyah akan sampai dirumahnya.

Hanya harus melewati jalanan sepi.

"Good day!" Aisyah tersenyum riang berjalan seraya bersenandung sholawat.

Matanya menelisik mengelilingi apapun yang ia lihat dijalanan sepi, sedikit menyeramkan karena memang jalanan ini hanya terdapat beberapa rumah. Hanya truk besarlah yang akan melewati jalan ini.

Ada jalan lain memang, tapi Aisyah lebih suka jalanan sepi. Dikesepian Aisyah bisa berpikir dan berkata sendiri menyahuti pikiran otaknya.

"Eh ada neng cantik. Mau kemana neng?"

Alis Aisyah berkerut saat beberapa lelaki menghalangi jalannya, mereka pasti preman jalanan. Aisyah menyingkir ke kanan lalu kembali berjalan.

Aiysah kembali terhenti saat merasa tangannya dipegang salah satu preman, ada sepuluh preman, ia tidak akan mungkin menang.

Tangannya Aisyah tepis kasar, "Jangan kurang ajar ya!" Bentaknya.

Salah satu dari mereka kembali memegangnya dibagian pundak, wajah Aisyah memerah menahan marah.

Plak...

"Jangan sentuh sentuh!"

"Sok jual mahal banget lo! Bilang aja lo mau dibayar berapa hah?!" Preman yang Aisyah tampar mencengkram rahang Aisyah dengan wajah merah.

Aisyah merasa dilecehkan, sekali lagi ia tampar preman itu sekuat tenaga. Kakinya menendang bagian bawah preman itu lalu secepat mungkin berlari menghindari para preman.

Sekalipun ia bisa ilmu bela diri, ia tidak yakin akan menang. Jadi lebih baik ia melarikan diri.

Aisyah berlari disamping jalan raya, ia melihat mobil truk yang akan melewati jalanan sepi itu. Jika ia bisa lewat kedepan mobil truk itu dengan tepat waktu meninggalkan para preman, kemungkinan melarikan dirinya akan lebih bagus.

Dibalik Novel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang