40 || Haruskah kita pisah?

44.7K 7.7K 478
                                    

Up lagi buat hilangin rasa bersalah author😭

...

"Momyyyy" Ailin merentangkan tangannya pada Safira, baiklah, panggilan Safira kembali ia ganti, tak tahu kenapa ia bisa sebahagia itu hanya dengan mengganti panggilannya pada Safira.

Safira juga tidak masalah, perempuan paruh baya itu memeluk Ailin haru. Seharusnya sedari dulu ia selalu disamping Ailin. Lihatlah, dulu Ailin adalah orang yang pemalu, dan sekarang Ailin sangat imut hanya karena nada bicaranya saja.

Semua orang bahkan gemas pada Ailin, perempuan itu tidak merengek dan cukup tenang setelah hal buruk kembali menimpanya. Tentu tidak dengan Reza dan Zidane, keduanya terlihat amat sangat murung.

Seharian ini Zidane sekolah penuh dengan keterdiaman, alasan utama adalah keadaan Ailin, dan alasan kedua, para saudaranya sudah pindah ke sekolahnya.

Dan Reza, lelaki itu menenangkan diri dengan cara mengoperasi orang orang terus menerus. Reza tidak ingin larut memikirkan Ailin, pikirannya hanya terus bercabang hingga sampai ia harus berpikir bagaimana jika Ailin tiada.

Disana tidak ada Rika, tentu karena Aldebara sedang berkumpul besar besaran disana.

Reza juga baru bisa tidur, itupun dalam pelukan ibunya. Diruang rawat Ailin ada Jake juga, adiknya yang setia mengurut kakinya, padahal Reza sangat tahu jika Jake dengan sang ayah juga sama lelahnya mengurus perusahaan yang mereka tanggung dari Antonio.

"Kamu tau ga Ai, Dio, Tio, ka Albert, ka Justine, sama Ka June pindah sekolah ke sekolah kamu!" Dio mendekat, mengusap tangan Ailin, "Seneng gak?"

Ailin mengangguk antusias, ia sangat senang bisa dekat dengan para sepupunya, itu keinginannya, karena dulu ia pun seperti itu. Baginya para sepupunya sama berarti seperti Nizar, sang kakak. Itulah kenapa ia tidak memiliki batasan dengan mereka, memeluk, menggenggam, menatap, Ailin tidak pernah membatasi hal itu.

"Sekolahnya jelek, gimana kalo kamu ikut ka Justine aja ke luar negri?" Justine sebenarnya bosan jika harus sekolah di Indonesia, terlalu banyak aturan.

Ailin menggeleng, "Temen aku banyaknya di SM sih."

Justine mengangguk mengerti.

"Siapa aja temen kamu?"

Ailin mulai menghitung, ada berapakah teman dekatnya?

"Entah, Ailin lupa. Oh iya, Risya dimana?" Ailin menatap Zidane bertanya.

"Iya ya, dimana istri kamu Zidane?"

Zidane menghendikkan bahu, ia juga tidak tahu karena saat pulang sekolah kata teman sekelas Risya, perempuan itu sudah tidak ada disekolah saat bel pulang berbunyi.

Itulah kenapa ia kerumah sakit sendiri.

Yang dicari nyatanya memperlihatkan diri sendiri, Risya baru saja masuk setelah mengucap salam. Lalu dibelakangnya, ada Regan, membuat Zidane langsung berdiri.

"Ngapain kamu bawa dia?" kata Zidane berkata halus karena seluruh keluarganya ada didekatnya.

"Regan mau ketemu Ailin."

Ailin menatap Regan sebentar, ia lalu mengambil buah apel yang sudah dipotong Safira kecil kecil, "Ada apa?"

Regan menggeleng, sejujurnya ia hanya ingin melihat keadaan Ailin. Entah kenapa dirinya sangat penasaran pada Ailin yang sering sekali terluka, anehnya Ailin masih saja terlihat baik baik saja.

Ailin masih saja menebar pesona kebaikan, perempuan itu juga... Cantik.

Kenapa jantungnya berdegup? Ia juga merasa gugup saat Ailin kembali meliriknya. Perutnya juga mual. Ada yang salah, haruskah ia periksa pada dokter?

Dibalik Novel || ENDWhere stories live. Discover now