15 || Obsesi?

57.5K 8.2K 89
                                    

"Eh Ailin, itu baksonya udah ada dimeja, mau langsung makan?"

Ailin menatap Natan sinis, ia lalu berbalik meninggalkan lelaki itu dengan pelaku yang sebenarnya. Lagipun untuk apa ia menyakiti Dinda jika harus menerima konsekuensi kemarahan Natan?

Ailin kembali duduk tenang, ia mengambil bakso miliknya, mencampurkan dua sendok penuh sambal kedalamnya. Ia lapar, jadi setelah berdoa tanpa mengatakan apapun lagi ia langsung melahap makanannya.

Saat akan memasukkan suapan kedua tangan Resa menghentikannya, kesal Ailin menoleh pada Resa mencoba protes, namun kenapa wajah Resa terlihat khawatir?

"A-ada apa?"

Resa melirik kepulan asap dimangkuk bakso milik Ailin, sudah jelas jika makanan itu masih sangat panas, "Ailin, Kenapa Lo langsung makan baksonya!? Itu masih panas Ailin!" Resa membuka paksa mulut Ailin, "Coba sini gue liat."

"Astaga Ailin! Lidah Lo merah banget!"

Ailin mengerjap, susah juga jika ia tidak bisa merasa sakit. Apapun penyakitnya ia hanya bisa memperlihatkan raut biasa saja.

"Kita ke uks!"

Ailin menggeleng, ia melepas tangan Resa dari rahangnya, "Gak papa, ini aku emang suka makan masih panas," bantahnya.

"Tapi lidah lo-"

"Ayolah, sekali aja biarin aku makan tenang, oke? Aku gak akan gitu lagi deh, janji."

Liora inisiatif mengambil mangkuk Ailin, memotong baksonya hingga menjadi potongan kecil, ia juga mengipasi makanan Ailin dengan kipas listriknya, "Biar gue dinginin."

Jessica memperhatikan kelakuan teman temannya, ia bertumpang dagu melihat wajah manis Ailin, "Lo gak ngerasa sakit abis makan makanan sepanas itu?"

Ailin diam saja.

"Lo gak mungkin kena CIPA, kan?"

Ailin menggeleng cepat, ia tidak ingin satupun orang didunia antah berantah ini mengetahuinya.

Jessica mengaduk makanannya tak minat, "Iya, gak mungkin. Gue denger denger keturunan Aldebara kan sehat sehat, kalo Lo kena CIPA pasti gak bakal dibiarin keluar rumah," ujarnya.

"CIPA itu apa?" Resa menyahut tidak mengerti.

"Ailin gak bisa ngerasa sakit apapun kalau dia kena CIPA." Beritahu Dila, ia sangat menyukai bidang kesehatan dan nama nama penyakit.

"Loh, bagus dong kalo Ailin gak ngerasa sakit," ujar Resa.

Dila menghela napas, "Lo pikir deh, kalo Ailin kena penyakit bahaya dan dia gak ngerasa apapun, apa yang bakal terjadi?" Resa menggeleng, "Kalaupun dia bakal mati dia gak akan tahu. Makannya yang punya CIPA biasanya rutin periksa ke dokter tiap bulan, atau mungkin perminggunya."

Liora kembali menyodorkan mangkuk bakso Ailin, "Kenapa jadi bahas CIPA? Gue sih lebih penasaran kenapa bisa bisanya ka Natan langsung nuduh Ailin nyakitin ka Dinda."

Teman teman Ailin barulah memikirkan hal tak masuk akal itu, tidak habis pikir mengapa Natan langsung menuduh Ailin tanpa memastikannya.

"Loh, bukannya emang sering kaya gitu?" Dila memperhatikan Natan yang mulai menjauh dari area kantin dengan menyeret pergelangan tangan Ana, "Dia bakal semarah itu kesemua orang kalo udah berurusan sama Ka Dinda, Ailin juga tau kan gimana begonya dia hari lalu? Dia gak segan segan mukul orang sekalipun Dinda yang ngawalin permasalahan, jadi gak usah mikir jauh jauh. Udah pasti Natan itu punya obsesi ke ka Dinda."

Makanan yang tadi Liora sodorkan sudah kembali Ailin lahap, ia mengangguk mengiyakan ucapan Dila.

"Mungkin kakak Lo juga, Ailin."

Dibalik Novel || ENDWhere stories live. Discover now