14 || waktu itu berharga

58.8K 8.3K 92
                                    

Happy Reading...

...

Beberapa hari berlalu cepat, Ailin kembali bersekolah setelah perdebatannya dengan Agistian.

Pagi ini ia berangkat bersama Zidane, lelaki itu sedikit tahu diri langsung meminta maaf padanya, Zidane mungkin sudah berubah menjadi lebih baik padanya.

Hanya saja, lelaki itu belum mampu bertanggung jawab pada Risya, Ailin sedari awal tidak memakluminya, ia hanya akan memberi waktu Zidane untuk berpikir.

Ailin mengemut permen milkita saat Zidane memakaikannya jaket hitam geng Arsten, geng Zidane dan para temannya.

Setelahnya Ailin naik kemotor saat Zidane sudah siap diatas motornya, helmnya terantuk punggung Zidane karena ia sedikit kesusahan naik kejok belakang Zidane.

"Aduh, susahnya."

Zidane terkekeh, ia langsung melajukan motornya saat Ailin sudah siap. Kecepatan motornya ia maksimalkan, niat hati ingin membuat Ailin ketakutan namun perempuan itu hanya diam damai.

Tidak butuh waktu lama untuknya sampai kesekolah, Diparkiran sekolah banyak mata yang memusatkan tatapan padanya.

Ailin dengan percaya diri turun dari motor Zidane, kapan lagi ia bisa menjadi pusat perhatian?

Perempuan itu membuka helmnya dengan santai, ia lalu membuang gagang permennya ditempat sampah yang tepat disamping Zidane memarkirkan motornya.

Seperti Zidane yang memakaikannya jaket, lelaki itu kembali bertindak seakan menyayanginya, melepaskan jaket itu lalu sengaja ditenggerkan dibahunya.

"Aku kekelas." Ailin meninggalkan Zidane tanpa bersalaman, mereka satu sekolah, istirahatpun ia akan melihat Zidane kembali.

Yang terpenting sekarang ia hanya ingin cepat masuk ke dalam kelas lalu mempelajari pelajaran ketertinggalannya.

Hambatan kembali Ailin dapatkan, padahal hari ini ia ingin menjalankannya setenang mungkin. Tapi kenapa Dinda menabraknya? Tidak tahukah perempuan itu jika ia terluka Ailin lah yang akan kena imbasnya.

Lihatlah, padahal ia yakin Dinda menabraknya pelan, kenapa Dinda selemah itu hingga langsung jatuh terduduk?

"Ma-maaf, aku gak sengaja."

Jadilah sekarang ia kembali menjadi pusat perhatian, ditambah ia masih berada dijangkauan penglihatan Zidane.

Ia yakin Zidane masihlah lelaki kasar yang akan bertindak seenaknya jika orang yang lelaki itu sukai terluka.

"Cosplay jadi suster ngesot Lo duduk disitu?"

Ailin menoleh kesamping, seseorang bertubuh langsing dengan rambut hitam panjang bergelombang berdiri tepat disampingnya, bola mata coklatnya menatap sinis Dinda yang tepat berada dibawah Ailin.

Tidak salah lagi, perempuan itu adalah Ana, antagonis perempuan. Lihatlah penampilannya, berdekap dada juga dagu yang terangkat angkuh.

"Ana?" Refleks ia bertanya, alur novelnya sudah sampai dimana antagonis perempuan itu mengganggu Dinda.

"Ya?" Ana menatap heran Ailin, "Lo kenal gue?"

Dibalik Novel || ENDWhere stories live. Discover now