13 || Masalah Zidane

58.4K 9K 84
                                    

"Lo pake motor Gue kemana!?"

Sampai dirumah Zidane sudah berdiri menghalangi langkahnya, padahal Ailin sudah sangat ingin tidur.

Kunci motor Zidane Ailin sodorkan pada pemiliknya, senyuman tidak luput Ailin sertakan, "Sedikit urusan. Ayah dimana?"

"Sejak kapan Lo panggil papa, ayah?"

Ailin menghendikkan bahu, "Sedari dulu aku pengennya sebut ayah, bukan papa, gak masalah kan?"

Zidane menggeleng, "Lo habis kemana pake motor gue?" Tanyanya.

"Cafe."

Zidane mengambil kunci motornya, "Kalo motor Gue lecet, kaki Lo gue patahin." Lelaki itu beranjak keluar sekedar melihat body motor kesayangannya.

Perempuan berhijab itu juga mengikuti Zidane, ada yang perlu di bicarakan.

Tahu Ailin mengikutinya membuat Zidane memutar bola malas, "Jangan bawa bawa nama gue kalo papa tanya luka dipipi Lo, udah cukup kemaren Gue hampir mati gara gara luka Lo." Zidane bersandar pada motornya saat sudah memastikan tidak ada kelecetan dibody motor itu, "Ada yang mau Lo omongin?"

Ailin mengangguk, "kakak makin banyak bicara, ya?" Ia menyeringai tak habis pikir, sedari dulu Zidane memang sangat irit bicara pada Ailin.

"Cuma itu?"

"Ngga." Ailin memperlihatkan layar ponselnya, "kakak tau dia?"

Bola mata Zidane membulat sempurna melihat foto perempuan diponsel Ailin, ia tentu tahu siapa perempuan itu.

Ailin menghela napas, "Risya, kan?" Entah pertanyaan atau penyataan yang Ailin berikan pada Zidane, yang pasti lelaki itu tampak menegang.

"Kebetulan tadi aku ketemu dia, ada yang mau kakak ucapin ke aku?"

Zidane menggeleng cepat, semua orang tidak boleh tahu masalahnya.

"Lebih baik kakak jujur, aku tahu semuanya."

Mata Zidane tidak sengaja melihat William keluar dari rumah dengan pakaian rapi, lelaki itu juga membawa kunci mobil, "Kalian ngapain? Bukannya masuk," William mendekat kearah keduanya membuat Ailin ikut berbalik dengan wajah polos, "Kak Jidan mau ajak Ailin maen, boleh ya?"

William mengerutkan keningnya, "Bukannya kamu baru keluar? Tadi papa juga urung uringan liat kamu bawa motor kak Zidane, tapi syukurlah kamu pulang baik baik aja."

Ailin meringis, padahal ada luka dibibirnya, untungnya pencahayaan tidak memperlihatkan lukanya.

"Boleh ya bang?"

"Bilang ke papa. Abang mau kekantor, ada sedikit kendala disana."

Ailin mencengkeram tangan Zidane, memberi isyarat agar lelaki itu membantunya, tidak mungkin juga ia masuk kedalam meminta izin pada Agis saat sudut bibirnya terluka.

"Se-sebentar doang kok bang, ini gue cuma mau beliin Ailin martabak." Ailin tersenyum puas, "Kalo izin dulu nanti malah tambah kemaleman," tambah Ailin.

William mangut mangut, "Ga boleh malem malem."

"Iya!" Ailin menyalami William lalu menunggu Zidane duduk dimotornya, "Gak ada helm lagi?" Tanya Ailin saat helm tadi dipakai Zidane.

"Nih." Entah sejak kapan William mengambil helmnya, yang pasti lelaki itu memakaikan langsung pada kepala Ailin.

Ailin segera naik kemotor Zidane, ia melambaikan tangan saat motor itu melaju keluar rumah besarnya, "Assalamu'alaikum bang Will!"

Diperjalanan tidak ada pembicaraan, Ailin hanya memberi tahu tujuan mereka, cafe yang sebelumnya Ailin datangi hanya untuk membuang alat pelacak dimotor Zidane.

Dibalik Novel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang