47 || Aisyah sedih

45.5K 8.1K 381
                                    

Haikal kembali terlibat akan pelarian orang yang Aldebara incar.

Belum lagi Januar yang masih Haikal sembunyikan, kini akan bertambah dengan orang bernama Regan.

Haikal lelah, sungguh.

Satu tinjuan saja sangat menyakitkan untuknya, itu karena hidupnya selalu damai, ia tak pernah berkelahi dan berakhir mendapat luka.

Prinsipnya adalah bersabar. Kali ini pun ia bersabar membantu Regan bersembunyi.

Sama seperti Januar, Regan ia tempatkan kembali dirumah teman baiknya, alasannya kecil, karena rumah temannya cukup aman. Tidak banyak cctv dijalanan menuju rumah temannya, jadi ia tidak perlu khawatir jika saja keluarga Ailin mencari mereka dari segala arah cctv.

"Sya, lo yakin?"

Risya tepat berada di jok belakang mobil Haikal, mereka ganti mobil. Mobil Regan lalu disembunyikan takut takut jika mobil itu dilacak cctv.

Risya mengangguk, "Ka Haikal bawa Januar kemana? Risya mau denger penjelasan dia."

Tanpa berpaling dari depan Haikal menjawab, "Kita ketempat Januar."

Risya tidak bertanya lagi, ia menatap kosong jalanan yang mereka lewati. Hujan masih mengguyur kota deras, membuatnya terpana dan berakhir menerawang masa lalu.

Seberapa lelahnya ia?

Sejujurnya Risya masih terbayang bayang akan kesalahannya memutuskan suatu hal. Seharusnya...

Risya menunduk, menatap perut langsingnya. Seharusnya disana janinnya hidup, menunggu hari dimana janinnya keluar menjadi bayi pertamanya.

Risya memang belum mau membesarkan bayi. Tapi jiwa ke ibuan yang ada didalam dirinya mendorong Risya untuk tetap mengasihani calon anaknya.

Sayangnya ia gagal.

Risya tidak pantas menjadi ibu, ia telah membunuh calon anaknya sendiri.

Sampai kapan rasanya bersalahnya akan hilang? Risya lelah, setiap saat terpikirkan akan andai andai jikalau bayinya lahir.

"Kita sampai." Haikal turun pertama, ia membuka garasi mobil lalu mengambil payung, saat Risya keluar Haikal dengan cepat melindungi tubuh Risya dari deras hujan, "Pakailah, saya tidak suka melihat perempuan sakit."

Terpaksa Risya mengambil alih payungnya, sedang Haikal sendiri, lelaki itu langsung berlari menuju rumah sederhana dengan taman yang cukup tertata rapih.

"Ayo." Risya mengajak Regan, lelaki tampan itu tampak tidak yakin. "Ailin percaya ka Haikal, jadi kamu juga harus percaya sama Ka Haikal."

Regan ikut berjalan dibelakang Risya.

Pintu yang sudah Haikal ketuk terbuka, ada Januar yang terpampang jelas dengan pakaian rumahan.

"Lo!?"

Haikal menoleh kebelakang, "Boleh persilahkan kami masuk dulu?"

Januar menyingkir, memberi jalan untuk ketiganya masuk. Teman Haikal ada diruang utama, kebetulan sekali teman Haikal yang satu itu hidup sendiri, jadi mampu mampu saja menampung Januar ditambah Regan. Tentu asal keduanya bisa diajak kerja sama, tidak merepotkan dan cukup tahu malu.

"Haikal," Namanya Haris, teman akrab Haikal. Keduanya kerap disebut dua H saking dekatnya, mahasiswa sekampus mereka selalu berkata jika ada Haikal maka ada Haris, begitupun sebaliknya.

"Ente bawa cewek kal?"

Haikal melirik Risya, "Temen dia, ris."

Haris mangut mangut, matanya lalu bertatapan dengan mata bernetra abu tua Regan, "Yang onoh siapa, kal?"

Dibalik Novel || ENDWhere stories live. Discover now