46 || Ailin bohong?

46.5K 8.6K 894
                                    

Brak...

Jake menatap sinis Zidane.

Buku diary Ailin Jake lempar tepat pada tubuh Zidane. Lelaki itu ingin tahu bagaimana reaksi Zidane setelah melihat isinya, Zidane tidak becus menjaga adiknya, rasanya Jake ingin membunuh Zidane saja.

"Kaka gak guna!"

Reza menepuk pundak Jake, menenangkan. Ia lalu melirik ruang tempat Ailin berada, ia harus mengecek keadaan Ailin.

Pakaian yang ia kenakan ditutup dengan pakaian khusus untuk masuk keruang Ailin.

Reza melihat ritme jantung Ailin, normal. Cairan infus dan kantung darah masih penuh.

Reza menghela napas, "Kamu gak mau bangun?" Ujarnya. "Gak kasian sama Ka Reza? Kamu bilang ka Reza gak boleh kecapean. Tapi Ailin, gimana ka Reza gak kecapean kalo ka Reza mikirin kesembuhan kamu terus."

Air mata mulai mengucur di kelopak mata Reza, "Bangun ya...? Ka Reza nunggu kamu bangun, semuanya nunggu kamu bangun."

Tangan Ailin digenggamnya lembut, "Jangan mimpi terlalu lama Ailin, Aisyah itu cuma pelarian kamu, Ailin yang nyata. Ailinnya ka Reza, bangun ya...?"

Mata Reza tidak tahan melihat wajah tenang Ailin, ia menunduk dalam mencoba tersenyum, "Mau ka Reza bantu supaya kamu gak mudah nyerah? Ailin, ka Reza nunggu kamu. Jangan lama lama, semua orang nunggu kamu bangun."

...

Malam ini hujan deras disertai gemerlap petir yang bersahutan.

Didalam mobil, Regan sedang berkendara menuju rumah sakit saat tahu Ailin kembali masuk ketempat berbau obat itu. Regan sempat menertawakan dirinya sendiri karena terlalu khawatir pada Ailin.

Hampir tiga hari ini ia dikurung orang tuanya. Alasan? Regan bahkan tidak tahu apa alasan yang tepat, mereka mengurungnya hanya karena ia tidak menurut.

Miris.

Kali ini pun ia kabur dari rumah, tubuhnya penuh luka karena masih saja Melawai ayahnya.

Regan mengerem mobilnya saat melihat seorang perempuan menghalangi. Regan mengusap dadanya terkejut, jika saja tadi ia tidak rem mendadak, perempuan itu akan tamat.

Regan keluar, pakaiannya yang basah bertambah basah saat hujan kembali mengguyurnya.

"Lo apa apaan!?"

Perempuan itu tersenyum, dia Risya. Pemberi tahunya akan keadaan Ailin hari lalu.

Risya menarik tangan Regan mendekat ke arah mobil.

"Risya? Ngapain Lo disini!?"

Risya membuka tempat kemudi, mendorong Regan masuk. Perempuan itu lalu memutar duduk disamping jok kemudi.

"Rumah sakit gak aman buat kamu, putar arah sekarang!"

Dahi Regan berkerut.

"Keluarga Ailin tahu kalo kamu pernah lecehin dia, sekarang kamu lagi dicari mereka."

Regan diam, ia lalu tertawa kecil, "Kenapa mereka bisa tahu? Gak mungkin kan videonya sampe ke mereka? Ailin udah janji sama gue buat hapus videonya. Dia bohong gitu hah!?"

Dibalik Novel || ENDWhere stories live. Discover now