26 || Kelahi

49.2K 7.7K 99
                                    

Bonus buat kalian.

Seneng gak dapet bonus 1 chapter? Padahal belum sampe keinginan author loh:( tapi gak papa:)

Asal kalian seneng.
Jangan lupa Follow akun author!
ReffaRenaha

....

Jam belajar mengajar dilalui dengan tenang, sudah setengah jam terlewati, tinggal sisa setengah jam lagi maka bel istirahat akan terdengar.

Semua nampak tenang sampai suara pecahan kaca terdengar beberapa kali, bahkan kaca disamping Putri dan Ailin pun ikut pecah. Ada batu diselimuti kertas yang terlempar kedalam, untungnya tidak terkena siapapun.

Guru yang mengajar mulai panik, lalu tak lama bel kumpulan terdengar nyaring. Semua murid dan guru langsung berlarian keruang perkumpulan.

Berbeda dengan para murid pemberani yang malah penasaran apa yang terjadi didepan gerbang.

Saat semua berlarian menyelamatkan diri, Ailin mengambil kertas yang menyelimuti batu itu sebelum ikut berlari ditarik Risya.

Ailin Aldebara.

Dua kata yang membuat Ailin berhenti, Risya juga otomatis ikut berhenti.

"Kamu duluan aja," Ailin mendorong pelan Risya agar menjauh, dan Risya terlihat ingin menolak. "Kamu percaya sama aku kan, Risya?"

Risya mengangguk jujur.

"Kalo gitu ikut kumpul sama yang lain, tolong bantu guru juga buat amanin murid lain, aku mau ketemu ka Jidan dulu, dia pasti gabung kedepan." Ailin berlari menjauhi Risya, ia kembali kekelas hanya untuk mengambil beberapa kertas dengan tulisan yang sama.

Namanya.

Tidak salah lagi mereka anak sekolah Cakra 1, Ailin membenarkan pikirannya saat sampai dibagian depan gerbang.

Meski gerbang terkunci, mereka menaikinya bergantian agar bisa masuk menyerang siswa SM.

Kacau sekali, dari banyaknya siswa lelaki ada beberapa perempuan yang ikut serta. Dikelasnya bahkan ada Ailin dan Putri, perempuan itu sudah ada dibarisan depan, terlihat senang memukuli orang bodoh yang malah masuk kesarang lawan.

Ailin mengendarkan pandangannya, ada Natan yang sedang melawan Regan, ada juga Zidane dengan Julio.

Ailin mendekat kearah Natan dan Regan. Ailin mengincar keberadaan Regan, ia ingin tahu permasalahan apa kali ini yang menyangkut nama dirinya. Padahal Ailin sudah memberi pilihan baik untuk Regan, nampaknya lelaki itu masih saja belum mengerti kejahatannya sendiri yang sudah terlalu jauh.

"Seru banget!"

Mulai lagi telinga Ailin berdengung. Ailin asli memang gila, disaat mencekam suaranya malah terdengar ditelinga Ailin.

Tidak peduli, Ailin menendang Regan menjauh saat lelaki itu akan memukul Natan. Ailin terlihat seperti pahlawan kesiangan untuk Natan.

Kata melawan santai tidak ada didepan Ailin, banyak lawan lain yang mulai berkumpul mencoba mengalahkannya. Jelas Ailin adalah incaran mereka.

Dalam perkelahiannya, Ailin sesekali melirik Zidane dan yang lainnya, mereka tampak kelelahan. Jika perkelahian tidak dihentikan mereka akan babak belur sebelum polisi datang.

"Stop!" Ailin berteriak kencang, namun tidak ada yang berhenti saling serang, cara satu satunya Ailin harus berhadapan langsung dengan Regan.

Dengan kekuatan penuh Ailin menyerang mereka satu persatu, sebelum akhirnya sampai didepan Regan. Ailin sudah penuh luka, namun masih tetap biasa saja menghadap Regan, membuat lelaki itu terkejut juga sedikit takut.

Dibalik Novel || ENDOnde histórias criam vida. Descubra agora