07 || Lingkungan baru

65.4K 9K 70
                                    

Happy Reading...
Ada kesalahan di yang ke 07 kemarin, jadi bagian bawah gak ke up, untungnya udah disalin duluan karena sering banget kejadian kaya gitu.
Harap dibaca kembali bagian bawahnya.

...

Seperti biasa pagi hari Ailin sudah siap dengan seragam baru yang papanya pesan dalam waktu semalam, untung saja papanya, Agustian tidak mempermasalahkan perubahannya. Asalkan tidak merugikan pria paruh baya itu akan menuruti kemauan Ailin.

Sesuai perkataan papanya, hari ini setelah selesai sarapan dengan keheningan berkedok tema keluarga yang lengkap, Ailin diantar langsung oleh Agis kesekolah.

Semuanya berjalan lancar, hanya saja ekspresi Zidane lebih suram dari hari lalu, tentu karena masih tidak menerima kepindahan Ailin kesekolahnya.

"Kalo gitu Ailin berangkat, ma, assalamu'alaikum."

Selepas menyalami Safira dan kakak kembar tak seirasnya, Ailin mengikuti Agis kegarasi lalu segera masuk kedalam mobil BMW mewah milik ayahnya.

"Papa boleh mampir dulu ke minimarket?" Dijalan Ailin langsung to the poin meminta ayahnya berhenti di minimarket terdekat.

Agis menoleh kesamping, melihat wajah manis putri satu satunya. Baru setelahnya ia mengangguk mengiyakan sang putri, "Boleh."

Ailin tersenyum sumringah saat mobil berhenti tepat didepan minimarket yang sudah terbuka, secepatnya ia membuka sabuk pengaman lalu keluar diikuti Agis yang setia memperhatikan tingkah kekanak kanakannya.

Mencari barisan minuman dingin, mata Ailin tertuju pada Yogurt Chimorry yang berbaris rapi dilemari pendingin. Ailin mengambil beberapa yogurt itu, ia juga mengambil tiga susu kotak Chimorry lalu berbalik membawanya ke kasir.

Saat akan membayar Ailin didahului oleh Agis, lelaki paruh baya itu memberikan satu lembar uang seratus ribu.

"Kembaliannya ambil saja," Agis menenteng plastik berisi minuman milik Ailin, satu tangan lagi menggenggam tangan Ailin.

"Terima kasih Ayah."

Agis mengerutkan keningnya, Ayah? Tak lama Ia kembali mendatarkan wajahnya, tidak lagi mempedulikan panggilan Ailin. Mungkin karena hilang ingatan Ailin merasa lebih nyaman dengan menyebutnya ayah.

Perjalanan kembali dilalui dengan keheningan hingga akhirnya mereka sampai di SMA Siria Morfeld, banyak yang memperhatikan keberhentian mobil BMW milik Agis dengan penasaran. (Gatau tipe tipe mobil BMW termahal, maaf.)

Ailin cukup yakin jika mobil ayahnya terlalu kontras dengan area sekolahan. Namun sepertinya ia harus cepat turun karena sang ayah sudah lebih awal turun dengan percaya diri.

Ailin terpaksa tersenyum, ia keluar perlahan dengan wajah yang setia menunduk. Tangannya memilin jas formal ayahnya, setia mengikuti kemanapun sang ayah berjalan.

Untungnya Agis tidak mempermasalahkan, ia tahu Ailin sedikit gugup atau malu bertemu para manusia yang akan menjadi teman barunya.

Ayah dari Ailin itu bergerak seakan tahu arah tujuannya, tentu tahu karena ia sering mendapat laporan kenakalan Zidane hingga harus berakhir beberapa kali disekolah ini sebagai wakil murid anak nakalnya.

Dibalik Novel || ENDWhere stories live. Discover now