17 || Ayo tanggung jawab!

53.3K 8.2K 190
                                    

Ailin pulang tanpa hasil, Zidane tetap tidak ingin bertanggung jawab dengan benar. Lelaki itu malah membuat harga diri Risya terluka hingga akhirnya mereka diusir.

Jika sudah seperti itu Ailin tidak ada cara lain selain memaksa Zidane, namun lagi dan lagi Zidane tetap berpegang teguh tidak ingin menikahi Risya.

Karena Dinda.

Karena sekolah.

Dan karena harga diri.

Padahal Dinda bukan siapa siapa untuk Zidane, lalu keluarga nya kaya dan mampu menutupi pernikahan mereka hingga Zidane lulus, ada kah masalah lagi untuk Zidane menerima Risya? Harga diri? Dengan menelantarkan tanggung jawabnya saja ia bukan lagi lelaki dengan harga diri tinggi.

Sampai dirumah Ailin tidak lagi berbicara dan merespon satu katapun untuk Zidane. Ia hanya menyalami orang tua dan kedua kakaknya lalu langsung mengurung diri dikamar.

Ailin marah, ia paling tidak suka jika harga diri seorang perempuan jatuh hanya karena lelaki bejad seperti Zidane. Ingin rasanya ia menghukum Zidane hingga tak mampu lagi berbuat hal tak senonoh, namun jika ia menghukum Zidane akan kah Risya bahagia? Tidak, seseorang yang sudah rusak hanya membutuhkan pertanggung jawaban.

Jadilah ia membuka laci balasnya, mengambil lembaran data yang ditanda tangan langsung oleh Risya, Surat aborsi.

Ailin berpikir bagaimana Risya yang notabenenya seorang remaja muda bisa menggugurkan bayi kedokter, namun setelah tahu siapa dokter yang menangani Risya, Ailin jadi tahu alasannya.

Dokternya tak lain dan tak bukan adalah Kakak Risya, keluarga satu satunya yang masih membantu Risya sebelum Risya benar benar hilang dari jangkauan mereka.

Ailin juga mengambil gambar Zidane yang membopong Risya sebelum masuk ke hotel, tertera tanggal dan wajah Risya juga terlihat jelas disana. Apa alasan Zidane bisa membawa Risya dengan mudah kedalam hotel tanpa dicurigai? Tentu karena uang.

Setelah semua bukti sudah ada ditangan Ailin, ia pun keluar dari dalam kamar bermaksud memberikannya pada Agis. Itulah satu satunya cara terakhir jika Zidane masih tidak ingin bertanggung jawab langsung.

Saat menuruni tangga Ailin bisa melihat keluarganya kebetulan berkumpul, dan Zidane juga ada disana.

Agis yang sibuk dengan laptop, Safira yang merangkul Agis ikut melihat layang laptopnya. Ada Wildan dan William yang sama sama membaca buku tebal lalu Zidane, tiduran dengan paha Wildan sebagai sanggahan. Sungguh sangat harmonis, tidak seperti dulu.

"Liat mereka kaya gitu aja gue seneng loh."

Bisikan ditelinga Ailin kembali terdengar, ia hanya mampu menghela napas karena sedikit terkejut. Ailin asli selalu membisikinya disaat saat penting.

"Gue dukung kok kalo Lo mau laporin kak Jidan. Biar dia kapok, lagian gue kesel sama dia karena terlalu bucin sama orang munafik kaya Dinda."

Ailin mengangguk saja, ia lalu beranjak duduk disamping Agis, menutup laptopnya saat ia yakini pekerjaan Agis sudah selesai.

Agis saja langsung heran, tentu semua orang juga sama karena perilaku Ailin tidak seperti biasanya.

Saat perhatian berpusat pada Ailin, ia pun menyerahkan Data dan gambar bukti kejahatan Zidane pada Agis.

Awalnya Agis diam tak mengerti, namun melihat foto Zidane membawa seorang gadis ke hotel tentu membuatnya langsung penasaran.

Mata Agis pindah menatap data aborsi milik Risya, tanggal pada gambar cctv dan tanggal aborsi menunjukan selang waktu 3 bulan, lalu tertera juga kandungan yang Risya aborsi berusia tiga bulan.

Dibalik Novel || ENDWo Geschichten leben. Entdecke jetzt