06 || Papa mama

67.2K 9.4K 53
                                    

Happy Reading...

...

Siang hari dengan matahari tepat diatas Ailin baru sampai dirumahnya, tidak ada lagi semangat dari wajah cantiknya. Tas yang diseret dengan pakaian yang sudah begitu kusut, Ailin sempat salah jalan, untung saja ia tahu komplek rumah dan nama bloknya.

Kesalnya ia yang hingga saat ini tidak tahu kunci handphone nya. Nyeleneh sekali Ailin asli yang memiliki ponsel dengan sidik jari dan wajah yang bukan milik dirinya.

"Bibi!" Ailin berteriak, ia merebahkan tubuh lelahnya di sofa ruang tamu. Melelahkan.

"Iya non?"

Ailin memaksakan tersenyum, "Pengen jus apel."

Pembantunya pergi setelah mengangguk. Sekali lagi Ailin melihat ponsel sialannya, haruskan ia bertanya pada bi Inah tentang ponselnya? Ia masih tidak ingin memeriksanya sendiri.

Bi Inah mungkin tahu, dan lagi, bibi paruh baya itu tidak mungkin mencurigainya karena memang Ailin disangka hilang ingatan pasca trauma.

Ailin menutup mata menunggu bi Inah kembali membawakannya jus apel, hari ini sudah sangat melelahkan.

"Ini non."

Ailin mendudukkan derinya lalu meneguk cepat jus apel dingin yang bi Inah berikan, "Hah!" Menyegarkan sekali minuman yang ia minum, "Bibi sini duduk!" Ailin menepuk pelan ruang o disampingnya.

Sempat menolak namun bi Inah tetap duduk disamping Ailin karena perempuan itu memaksanya.

Ailin menyodorkan ponselnya, "Bibi tahu kata sandi hape Ailin gak?" Tanyanya.

Bi Inah mengerutkan keningnya, "Bukannya non sendiri yang bikin?"

"Ailin gak inget lah bi."

"Apa lagi bibi, kan non Ailin sedari dulu gak pernah mau bicara sama orang rumah."

Ailin menganggukkan kepalanya mengerti.

"Non pulangnya cepet hari ini."

Perempuan cantik disamping bi Inah itu terkekeh, bagaimana tidak cepat jika ia saja tidak masuk kelingkungan sekolahnya. Seharusnya Ailin pulang lebih awal lagi jika saja ia tidak lupa arah pulang. "Ailin gak kesekolah," berakhirlah cerita bagaimana ia berangkat lalu pulang dengan pakaian yang sudah sangat kusut.

"Ailin mau mandi, kalo Abang Wildan sama Abang William pulang kasih tahu Ailin ya bi." Ailin menaiki anak tangga kekamarnya, ia membersihkan diri lalu berencana tidur siang karena kebetulan hari ini ia sedang datang bulan.

Mengikuti Ailin asli, tidak ada hari tanpa memeluk boneka pinguin kesayangannya.

Baru saja Ailin akan memejamkan mata memasuki alam mimpi, ketukan pintu memaksanya kembali sadar, memakai jilbab sederhana lalu membuka pintu itu, terlihatlah Wildan dengan pakaian kantornya.

Ailin beritahu sedikit, Wildan dan William, kembar tak seiras itu terpaut usia lima tahun dengan Zidane yang berarti tujuh tahun darinya. Mereka itu pintar, itulah kenapa keduanya mendapat tanggung jawab mengurus perusahaan yang berada didalam kota, berbagi dengan ayah dan ibunya yang pulang pergi memeriksa beberapa cabang perusahaan yang berada diluar kota.

Ailin tersenyum dengan mata layunya, "Ada apa bang Wildan?"

Wildan yang sempat terbengong kembali ke dunianya, "Papa Mama dibawah, kamu turun, ada yang harus dibicarain."

Dibalik Novel || ENDWhere stories live. Discover now