43 || Koma

44.9K 7.7K 468
                                    

Ailin kritis, itu yang orang orang dengar.

Sekolah heboh karena melihat Januar berlari membawa Ailin saat jam pelajaran. Kehebohan mulai menyebar saat jam istirahat pertama, para siswa kelas satu yang tepat belajar dilantai paling bawah bertanya tanya kenapa Januar menggendong Ailin yang terlihat berlumuran darah menuju parkiran.

Hal itu akhirnya menyebar, menyebar hingga ke Albert dan saudaranya yang lain.

Keadaan semakin panik saat Nanda, cucu dari putra kedua Antonio menjemput para saudaranya langsung.

Mereka panik bukan main, pulang langsung tanpa izin pada guru.

Hari ini sekolah begitu digegerkan dengan dua hal, antara kemarahan Justine, dan keadaan Ailin yang sampai kini masih dipertanyakan.

Para murid memang belum berhenti menggunjing Ailin akan hal yang beberapa waktu lalu terjadi, mereka masih meyakini jika Ailin adalah orang yang berada di pihak musuh.

Tapi jika mereka melihat Ailin digendongan Januar dengan dilumuri darah dibagian kepalanya yang tertutup hijab putih, tentu mereka semua khawatir. Apalagi itu terjadi disekolah mereka, ditambah mereka juga rata rata belum pernah melihat hal tragis seperti keadaan Ailin.

Jadi, apa yang menimpa Ailin sampai dia seperti itu?

Selang jam istirahat kedua, para murid dihebohkan kembali dengan fakta keadaan Ailin.

Resa, anak kelas satu tepatnya teman dekat Ailin menelpon langsung pada Risya yang sudah dijemput kerumah sakit, meminta penjelasan atau keadaan Ailin.

Dan Risya bilang jika Ailin kritis, nyawa Ailin sedang dipertaruhkan. Berita itu dibenarkan para murid karena Risya menangis kencang saat memberitahu Resa ditelepon.

Semua orang dari kelas mereka mendengarkan, mulai membicarakan keadaan Ailin, lalu mulai lah gosip menyebar ke satu sekolah.

Dinda sendiri, orang yang menjadi kekacauan pertama sudah berangkat ke rumah sakit yang menjadi tujuan Januar.

Januar pasti sudah berkoar bilang jika Dinda adalah pelaku yang membuat Ailin kritis, jadi secepatnya Dinda harus membela diri meski harus mengorbankan satu pionnya, Januar.

Rumah sakit yang menampung Ailin ternyata sama dengan rumah sakit yang para siswa korban Justine datangi. Membuat Dinda merasa beruntung.

Namun tepat sampai dirumah sakit, Januar entah membawa Ailin kemana, karena ruang rawat pasien bernama Ailin di privat. Tidak apa, Dinda masih bisa menyalahkan Januar meski tidak langsung memberi tahu pada keluarga Ailin, masih ada para pion pembantunya.

Contohnya, Elzanatan Registiano Abraham.

Dengan langkah cepat Dinda mencari ruang rawat Natan yang sudah suster beritahu saat ia bilang ia adalah pacar Natan. Matanya sudah ia buat berkaca kaca.

Saat ia menemukan pintu ruang rawat Natan, segera ia buka. "Natan... hiks!" Dinda berlari memeluk Natan yang berbaring di brankar, tidak peduli jika orang tua Natan memperhatikannya.

"A-akuu... Hiks, ta-tadi liat Januar dorong Ailin ditangga sekolah, hiks. Ailin nya... kepala dia berdarah, huhuuuu."

Akting Dinda luar biasa, seperti memang itulah kejadiannya.

"A-aku denger Ailin dibawa kesini, hiks. Tadi aku telepon Fatih karena kamu gak angkat, tapi katanya dia belum sadar, hiks, makanya aku samperin kesini aja. Aku pengen ketemu Ailin, hiks... Tapi nomor ruangan nya privat, aku gak tau dia dimanaa... "

Alis Natan berkerut, ia mengusap kepala Dinda pelan. Kenapa Dinda tidak menanyakan keadaannya terlebih dahulu? Bukankah Dinda suka padanya?

Tidak, mungkin saja keadaan Ailin parah hingga Dinda lebih menanyakan perihal Ailin.

Dibalik Novel || ENDWhere stories live. Discover now