27 || Mulai putus asa

48.8K 7.5K 111
                                    

Tepat menjelang malam Ailin baru sampai kerumahnya, itu karena negoisasinya dengan Regan terjadi cukup lama.

Jam 21:07 Wib, Ailin sampai dirumah dengan menaiki taksi, satpam didalam langsung membukakan gerbang begitu Ailin keluar dengan wajah khawatir.

"Astaga non, kenapa bisa kaya gini sih?" Satpam itu memperhatikan banyaknya luka ditubuh Ailin, membuat Ailin juga ikut melihat tubuhnya, sedikit terkejut dengan luka luka ditubuhnya sendiri, sedari disekolah hingga sampai rumah memang Ailin yakin memiliki luka, namun ia tidak menyangka bisa sebanyak itu.

"Kata den Zidan non dibawa sama anak geng, jadi keluarga non kumpul buat cari non."

Ailin melemaskan bahunya, meski ia tidak merasa lelah pada tubuhnya, namun batinnya tentu sudah dari tadi ingin segera istirahat. Namun sepertinya akan susah karena keluarga besarnya sedang berkumpul.

"Ya udah pa, Ailin mau masuk dulu ya." Ailin berjalan meninggalkan pak satpam, ia ingin segera membersihkan diri lalu tidur nyenyak.

Garasi yang berada disamping rumahnya penuh dengan mobil mewah, bahu Ailin semakin merosot, langkah jalannya juga semakin memendek.

Ailin merasa kekuatan tubuhnya sudah mulai habis hanya untuk mengadu nasib.

Saat membuka pintu rumah, Ailin langsung jadi perhatian para penghuni, mereka berlarian menghampirinya, terutama Safira yang langsung memeluknya sembari menangis kencang, sarat akan ketakutan jika saja Ailin tidak kembali.

Kaki Ailin sudah tidak kuat menahan tubuh, ia jatuh terduduk masih dengan pelukan Safira, tubuh Ailin sudah lemas dan Ailin tidak bisa merasakannya.

Ailin fikir ia mampu meredakan kekacauan dengan diri sendiri, namun meski dirasanya mampu, nyatanya ia terlalu memaksakan diri pada tubuhnya.

Safira menatapnya dengan linangan air mata, ibu Ailin itu sangat bersyukur Ailin kembali dengan selamat meski terdapat banyak luka.

"Ailin..."

Ailin masih diam tidak merespon, memikirkan hiruk pikuk hidupnya saat menjadi orang lain. Ailin bahkan tetap diam saat William membopongnya kekamar tamu terdepan, mendudukkannya dengan bersandar dipenyanggah kasur.

Ada William dan Reza ada dirumah, bersama para perempuan keluarga Aldebara kecuali Risya. Yang lain dikerahkan untuk mencari Ailin kesegala penjuru, Risya ikut Zidane mencari Ailin didaerah sekolah.

Jika Ailin masih bersama Regan, mereka tidak akan bisa menemukannya, karena Ailin dibawa ke markas Dark Lion yang tak pernah diketahui orang luar.

Reza mendekat, menyentuh sisi luka di pelipis kiri Ailin untuk memastikan seberapa parah lukanya. Reza menghela napas saat Ailin masih saja dia tidak merespon.

Waktu lalu ia sering mencari waktu untuk mengobrol berdua dengan Ailin, memastikan jika perempuan itu masih memiliki rasa sakit, namun hingga ia pulang Ailin selalu mencari cara agar ia tidak mendekati perempuan itu.

Sekarang ia yakin Ailin tidak memiliki rasa sakit. Tangannya sengaja menekan luka di pelipis Ailin, terlihat seperti luka lemparan batu, dan Ailin masih diam.

"A-ailin?" Reza memanggil parau, Ailin masih saja diam seperti boneka.

"Ailin?" Sekali lagi Reza memanggil, namun Ailin masih tetap diam, terpaksa Reza menggoyangkan bahu Ailin agar perempuan itu merespon.

Safira sudah menangis kembali dipelukan William saat Ailin tidak merespon sama sekali.

Isakkannya terdengar ditelinga Ailin, namun ia masih tetap memikirkan kekacauan hidupnya.

Mata Ailin mulai berderai.

Seharusnya ia menurut pada sang Abi agar masuk kepondok pesantren Gontor, bukan sekolah lalu dilecehkan saat pulang.

Dibalik Novel || ENDWhere stories live. Discover now