08 || Siti Ailin

63.2K 8.6K 190
                                    

Happy Reading...

...

"Gue yang pesen, Lo mau apa Ailin?" Dila, perempuan berambut cokelat pendek dengan poni tipis menawarkan Ailin saat mereka sampai dikantin yang ramai.

"Samain sama kamu aja." Ailin menduduki kursi pojok bersama tiga orang lainnya, sementara Dila masih setia berdiri menunggu pendapat lain.

Resa tersenyum manis, "Kaya biasa aja," katanya.

Ailin memberi tiga lembar uang pada Dila lalu fokus sendiri dengan susu kotak Cimory rasa coklatnya, tangan satunya ia pakai untuk memegang ponsel berlogo apel digigit, ponsel yang ayahnya beri saat tahu ia tidak bisa membuka ponsel lamanya.

Ponsel pengganti sementara hingga ponsel lamanya selesai diperbaiki di counter agar bisa kembali terbuka.

Ailin membuka halaman pertama ponselnya, tidak ada kata kunci karena memang ia benar benar baru membukanya. Bibirnya tersenyum tipis setelah selesai mengutak atik beberapa ketikan, ponselnya terhubung pada seseorang, tentu itu adalah ayahnya.

Agis terlalu memantau kehidupan Ailin sampai ponselnya pun sudah diatur. Tidak apa, sebenarnya ia mampu membuka ponsel lamanya, hanya saja untuk menyempurnakan akting sebagai perempuan hilang ingatan ia jadinya membiarkan ponsel Ailin itu tetap terkunci.

Jadi ia hanya harus menunggu ponsel yang lama lalu mengatur ulang kembali isi dari benda pipih itu.

Ibu jari Ailin menekan kolom pencarian lalu mengetik nama ayahnya, Agistian Aldebara.

Tidak diragukan lagi bagaimana ayahnya sangat terkenal dibidang pemasaran makanan dan benda benda terbaru.

Ada foto keluarga juga dibeberapa artikel, dari banyaknya foto tidak ada Ailin satupun. Alasannya simpel, ayahnya tidak ingin ia terganggu dalam hal pelajaran dan kehidupan. Sama seperti dua kakak kembarnya yang baru diperkenalkan setelah berhasil menjadi bagian perusahaan, sementara Zidane? Lelaki itu menjadi kesuraman tersendiri bagi keluarga Aldebara, tentu karena kelakuan dan pergaulan bebas Zidane sudah tidak mampu dibenarkan.

Ailin menyedot susu kotaknya sekali lagi, tatapannya beralih melihat area kantin, mencari keberadaan Zidane yang mungkin berada di kantin. Telinganya curi dengar beberapa pekikan dan bisikan para perempuan kurang belaian.

Tidak salah lagi para pemeran utama baru akan datang ke kantin, karena memang se klise itu alur novel Cinta Dinda.

Mereka datang lalu para orang berteriak membanggakan ketampanan mereka, seperti itulah yang terjadi kali ini.

Ailin bahkan sampai ikut menoleh bersama ketiga teman barunya.

"Kakak lo!" Resa memekik kecil menunjuk arah Zidane dengan dagunya.

"Iya tau. Kenapa emang?" Sepertinya Ailin tahu, Resa juga terpesona dengan penampilan para pemeran utama.

Beda dengan Ailin, kali ini ia lebih fokus pada satu perempuan diantara mereka, Dinda. Perempuan itu masih sama seperti kemarin, berkerudung, Ailin tidak mempermasalahkannya tetapi terlalu aneh jika diawal saja perubahan Dinda begitu kontras.

Kemungkinan besar Dinda bermuka dua. Tentu karena dibeberapa Novel transmigrasi pemeran utama yang asli berbalik menjadi antagonis, semua itu dibenarkan Ailin saat melihat senyum manis Dinda padanya. Manis dalam artian mengejek.

Ditambah perempuan itu kini mendekatinya, sepolos apapun Dinda bertingkah didepan Ailin, maka Ailin tidak akan terkecoh. Karena memang ia sudah sangat mengenal modelan Dinda dari santri abinya dulu yang selalu mencari perhatian keluarganya hanya untuk bisa mendekati kakak tampannya.

Dibalik Novel || ENDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu