1. Arkana

26.5K 2.2K 356
                                    

Mungkin bagi sebagian orang, pagi hari di hari senin salah hari yang paling menyebalkan dalam hidup, ahh bukan sebagian orang, namun rata rata kebanyakan orang menganggap hal serupa. Ada 52 minggu yang harus dilewati setiap tahunnya, dan begitu pula dengan 52 hari senin yang menyebalkan harus dijalani mau tidak mau.
Kenapa? Memang benar, kan?

Jam sudah menunjukkan pukul 05.32, masih pagi dan sebagian orang tentu masih setia berada diatas kasur nyaman dan bersembunyi dibalik hangatnya selimut mereka, namun tidak dengan lelaki bersurai hitam yang kini sedang disibukkan dengan aktivitas favoritnya setiap pagi.

Berkutat dengan telur, bawang bawang, cabai, dan berbagai bumbu lainnya, serta tangan kekar yang tengah sibuk membalur ikan dengan garam. Meski dia laki laki, namun memasak adalah healing terbaik yang bisa dia lakukan. Ditemani lagu Everything, The Black Skirts yang menurutnya memiliki vibes aesthetic, lelaki bernama Naraka Baskara Brawijaya atau kerap dipanggil Naka itu bersenandung kecil mengikuti alunan lagu yang menurutnya candu untuk di dengar pagi pagi.

Dengan apron pink bercorak Hello Kitty yang dibeli sang kembaran karena tak menemukan apron dengan warna polos di pasar beberapa minggu yang lalu, Naka sibuk menggiling cabai dan bawang merah untuk dia tumis di panci.

"Pagi, my love..."

Najis.

Satu kata yang bisa mendeskripsikan isi pikiran Naka ketika mendengar sapaan yang sama setiap paginya.

Naka berdecak kesal sembari berakting dramatis seolah dia ingin muntah ketika mendapati sang kembaran datang menghampirinya di dapur dengan handuk yang melingkar di leher. Rambutnya berantakan khas orang baru bangun tidur, tanpa mengenakan baju dan celana pendek selutut yang sepertinya sudah berhari hari tak diganti.

"Jen, lo kayaknya kebelet nikah. Najis banget dengernya tiap pagi!" Ucap Naka kesal.

"Ihh, siapa lagi yang nyapa lo setiap pagi dengan panggilan spesial kayak gitu kalau bukan gue?"

"Jendral, gue lagi giling cabe loh ini. Mau gue colok matanya?" Balas Naka dengan tatapan dramatis sambil menunjukkan kedua tangannya yang pastinya pedes pedes sedap jika mengenai mata.

Jendral Adanu Brawijaya, sang kembaran hanya tersenyum tanpa dosa, menunjukkan lengkungan mata bulan sabitnya yang bisa membuat siapapun meleleh dalam pandangan pertama. Dia lebih tua 10 menit dari Naka, namun kelakuannya gak ada bedanya dari bocah depan komplek yang main tiap sore dengan bedak setebal boneka kokeshi. Naka lantas kembali fokus pada pekerjaannya sementara Jendral sibuk mengusik lelaki itu.

Di tengah keributan yang diciptakan sepasang anak kembar itu dari dapur, terdengar suara langkah kaki yang menimbulkan suara dentuman yang cukup keras berasal dari tangga. Sosok jangkung dengan tubuh sedikit kurus lantas turun dari tangga dengan raut wajah kusut. Matanya kadang setengah terbuka, lalu sesekali oleng karena kantuk masih menerjang.

"Pagi."

Tatapan tajam Naka yang sempat ditujukan pada saudara kembarnya itu berganti menjadi tatapan riang dengan senyum secerah mentari pagi ketika netranya mendapati si bungsu melangkah memasuki dapur sambil mengucek matanya.

"Pagi, utututututu sayangku... Masih ngantuk?"

Sosok yang lebih tinggi dari Naka itu mengangguk, mengabaikan tatapan sebal Jendral karena sang kembaran sontak melupakan keberadaannya di dapur sakral ini. Naka sibuk menguyel uyel pipi si bungsu karena gemas, sesekali menepis tangan adiknya itu karena mengucek mata terlalu keras.

"Bang..."

"Ya? Kenapa?"

Tak ada jawaban. Naka lalu mengerutkan keningnya saat menyadari jika ada sesuatu yang salah pada adik bungsunya.

Raga || NCT dream [END]Where stories live. Discover now