"Abang..."
"Ya?"
"Pernah gak sih, lo nangisin diri lo sendiri karena lo sadar kalau lo gak bisa apa apa?"
"Kenapa nanya begitu?"
"Karena aku gak tega ngelihat abang kayak gini demi kita."
Di sore yang temaram itu, dengan matahari yang mulai terbenam...
Jendral terdiam mendengar pertanyaan Chandra. Anak itu menatapnya serius, seolah meminta jawaban secepatnya. Jendral tersenyum tipis dan lantas mengacak pelan kepala Chandra.
"Gue gak ngerti maksud lo, tapi lo enggak boleh menyesali kehidupan lo sendiri, Chandra."
Chandra hanya tersenyum tipis. "Sekarang gue sadar akan sesuatu, cara melupakan yang terbaik adalah dengan menerimanya."
Chandra menghela nafas pelan, kali ini dia benar benar tulus ingin mengatakan sesuatu pada Jendral.
"Gue sayang lo, Jen."
"Tumben lo ngomong begitu."
"Gak apa apa. Gue cuma pengin bilang aja."
"Iya deh. Gue sayang lo juga."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Chandra."
"Chandra."
"Abichandra."
Chandra tersentak. Lelaki itu terbangun. Chandra menatap ke sekitarnya. Rasanya hangat.
"Gue dimana?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.