extra chapter 3 : Past And Memories

5.3K 623 52
                                    

Dulu, gue kira hidup gue bahagia. Gue punya orangtua yang saling mencintai, kakak yang baik, dan adik adik yang menyenangkan. Kita hidup sederhana tapi cukup, cukup banget, terlepas dari itu semua, keluarga gue harmonis, dan banyak temen temen gue maupun saudara saudara gue yang lain bilang kalau mereka iri sama kebahagiaan gue.

Setelah semua hal yang gue lalui, gue sadar kalau semua kebahagiaan yang gue rasakan saat ini adalah kebahagiaan yang semu. Kebahagiaan palsu yang dipoles dengan sangat baik.

Kalau seandainya hidup ini perihal menukar sesuatu, maka gue bakalan pilih kebahagiaan yang nyata. Kebahagian tanpa harus memikirkan bagaimana kalau ada yang pergi nantinya.

Dulu, gue gak habis pikir kenapa bang Alan gak dendam sama sekali sama bunda padahal bunda udah hancur hidupnya 180 derajat. Gue menganggap kalau bang Alan itu naif. Jadi suatu saat waktu kita baru aja berantem hebat, gue tanya sama dia tentang hal yang mengganggu pikiran gue selama ini.

Soal bunda, dan hidupnya.

Waktu itu bang Alan cuma senyum kayak orang bodoh.

"Gimana jadinya dunia ini nanti kalau semua orang sama sama menganggap bahwa dunia ini gak adil untuk mereka?"

Dunia ini emang gak adil, tapi bukan berarti lo harus nerima semuanya tanpa berusaha untuk menjadikan hidup lo lebih baik, tapi bang Alan gak ngelakuin itu. Dia tetap dengan pendiriannya.

Kalian yang baca harus inget ucapan gue ini.

Pada akhirnya, diri kita sendiri adalah rumah yang nyata. Diri kita sendiri adalah satu satunya tempat berpulang yang nyata. Bukan kebahagiaan semu orang lain yang kalian harapkan terjadi pada kalian.

Setelah semua yang terjadi, setelah dibenturkan kepergian untuk yang kesekian kali, gue sadar kalau tempat bersandar paling kuat adalah diri gue sendiri. Karena gue cuma punya diri gue sendiri pada akhirnya.

Kalau kalian menganggap bahwa diri kalian itu rumah tempat berpulang, dan kalian selalu bersandar padanya, maka percayalah, kalian sudah jadi orang yang paling kuat.

Gue pernah menghitung orang orang yang hilang dari hidup gue, dan gue berhenti di hitungan yang keempat. Setelah sadar bahwa angka empat itu sudah terlalu banyak untuk sebuah kehilangan, gue bertekad untuk gak kehilangan siapapun lagi nantinya. Tapi ternyata umur gak ada yang tahu, dan kita gak bisa nentuin angka maksimal untuk setiap kehilangan yang kita rasakan nanti.

Ayah pernah bilang, kalau kunci dari bahagianya sebuah pernikahan itu bukan hanya komunikasi, tapi juga kerelaan. Kerelaan yang terlalu mendadak sampai membawanya pada kematian.

Bunda pernah bilang, kalau cinta itu tak terbatas, memang, cinta bunda tak terbatas sampai bisa singgah di hati orang lain.

Bang Alan pernah bilang, kalau diri kita sendiri adalah satu satunya tempat berpulang yang nyata. Karena pada akhirnya kita hanya punya diri kita sendiri. Tapi kalau yang bang Alan bilang itu benar, kenapa dia bunuh diri?

Semua nasehat mereka palsu. Tapi entah kenapa gue belajar banyak dari kepalsuan mereka.

Bang Alan gak akan menjadi orang yang jahat hanya karena dia mencoba untuk membunuh kesedihannya. Ayah gak akan jadi orang yang jahat hanya karena dia dikhianati sebegitunya, bunda gak akan jadi orang jahat hanya karena dia mencoba mencari kebahagiaannya.

Gue juga gak akan jadi orang yang jahat hanya karena gue kangen seseorang, kan?

Iya kan?

Tapi gue gak yakin...

Gue dan bang Alan itu ibaratkan kayu yang ditancapkan paku.

Ibaratkan kayu, gue selalu ngeluh karena rasa sakit yang diakibatkan bang Alan, semua derita karena bayang bayang masa lalu yang dia tinggalkan, semua pertanyaan alasan kenapa dia memilih menyerah dengan hidupnya, tanpa tahu kalau bang Alan itu ibaratkan paku, dia menancap pada kayu karena menerima pukulan yang bertubi tubi dari palu diatasnya.

Seandainya gue sadar akan pukulan pukulan itu, gue bakal maafin dia. Pada akhirnya gue ngerti, hidup dia jauh lebih menderita.

Kalau seandainya bang Alan ada di depan gue saat ini, gue bakal peluk punggungnya, dan gue bakalan rangkul semua beban yang dia bawa di punggungnya itu.

Gue rela dia pergi gitu aja, gimanapun juga ya gue harus rela, kalau gue jadi dia juga gue gak yakin bakal bertahan sejauh itu.

Bang Alan pernah nanya sama gue, kalau seandainya kita semua hidup cuma bertujuh tanpa ayah sama bunda, apakah dia pantes menggantikan sosok mereka? Dan dengan yakinnya gue bilang pantes dan bahkan bisa aja lebih baik.

Tapi setelah semua kerja kerasnya sampai sampai gue kehilangan sosok bang Alan yang gue kenal sebelumnya, gue berteriak keras tepat di depan muka dia dan bilang kalau dia bukan ayah. Dia bukan ayah, dia bukan bunda, jadi berhenti berusaha untuk menjadi lebih baik dari mereka.

Setelah gue teriak kenceng banget kayak begitu, besoknya bang Alan bunuh diri.

Itu...

Itu yang buat gue gila.

Itu yang buat gue susah relain dia pergi.

Gue cuma mau minta maaf.

Gue cuma mau peluk dia hanya untuk 5 detik dan minta maaf.

Tapi pada akhirnya dia ngomelin gue dan nyuruh gue untuk hidup dengan lebih baik demi diri gue sendiri.

Setelah mimpi itu, gue sadar...

Dia jauh lebih baik dari ayah.

Dia bahkan gak marah sama gue dan nyuruh gue hidup lebih baik demi diri gue sendiri karena dia gak mau gue menggantungkan hidup gue sama keberadaannya.

Dimana lagi letak kekurangannya?

Kalau seandainya bang Alan itu jin yang bakal ngabulin lima permohonan gue, kalian udah pasti tahu jawabannya.

Tolong tetap sehat,
Tolong tetap kuat,
Tolong tetap jadi bang Alan yang gue kenal.
Tolong jangan mati dulu,

Tolong tetap hidup untuk waktu yang lama.

Tolong tetap hidup untuk waktu yang lama

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tebak ini siapa?

Chandra? Jendral? Juna? Siapa tuh?

Udah lama gak melipir ke cerita ini. Wkwkwkwk

"Thor, ini extra chapter sampe berapa sih?"

Ya gak tahu 😭

Kalian kan suka dengan kegabutan author 😭🤟

Jangan lupa stay tune Arkana.

Voment ya ✨

Lop u all 💚💚💚💚💚

Raga || NCT dream [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora