25. Ayah

5.3K 967 32
                                    

Disclaimer: chapter ini akan sedikit panjang.

Entahlah, Chandra tidak ingat secara detail setelah kejadian itu. Yang dia ingat, tangisan sang ayah yang menggema di kamar, atau kadang digantikan dnegan rengekan Aji yang meminta Jendral untuk menjemput bunda pulang.

Kini, hujan mulai digantikan oleh gerimis. Chandra hanya duduk meringkuk diatas kasur Alan. Menatap nanar ke arah jendela, meski konyol, dia berharap bunda tiba tiba ada disana, meski Chandra rasa itu mustahil.

Ceklek!

Chandra menoleh, mendapati Alan yang berdiri diambang pintu, menatapnya sembari tersenyum tipis. Lelaki itu lantas duduk di sebelah Chandra.

"Gue yakin setelah ini, lo gak akan sesuka itu lagi sama hujan." gumam Chandra pelan. Membuat Alan terkekeh mendengarnya.

"Kenapa?"

"Kalau gue jadi Lo, setelah ini gue bakalan trauma sama hujan sih, karena gue gak nyangka kalau hal yang paling gue suka akan menjadi hal yang paling gue benci nantinya."

Alan tak membalas ucapan adiknya itu. Untuk beberapa saat keduanya terdiam, merenungi apa yang baru saja terjadi pada mereka.

"Bunda kenapa sejahat itu sih, bang?" tanya Chandra lirih.

Alan tak menjawab, lebih tepatnya dia tak tahu harus menjawab apa. Tidak ada yang tidak terluka saat ini. Sosok yang mereka anggap sempurna layaknya malaikat, berubah menjadi iblis paling kejam dengan kelakuannya yang paling hina.

Marah, sedih, kecewa, entahlah... Semuanya campur aduk. Alan tak bisa membedakan apa yang dia rasakan saat ini, namun entah kenapa matanya menolak untuk menangis. Dia benci mengakui jika dia tengah hancur saat ini.

"Chan..."

"Semua orang bakal pergi pada akhirnya dengan cara mereka masing masing. Meski manusia adalah mahluk sosial, tapi itu enggak menutup kemungkinan kalau setiap orang akan berada di fase dimana dia sendirian."

Saat itu, yang Chandra ingat setelah percakapan keduanya hanyalah senyum Alan yang begitu hangat, yang menguatkannya hingga dia memberanikan diri untuk pergi ke kamar ayah.

Disinilah dia, berdiri didepan pintu kamar sang ayah, menatap ragu kenop pintu. Chandra terdiam untuk waktu yang cukup lama sebelum dia memutar kenop pintu kayu itu.

Ceklek!

Disana, di pojok kamar dengan pencahayaan minim, Chandra melihat ayahnya duduk termenung. Ada beberapa figura yang pecah berserakan di lantai kamar. Hanya ada satu foto yang Chandra dapat lihat dengan jelas, foto pernikahan orang tuanya.

"Ayah..."

Derwata mengangkat kepalanya, menatap salah satu putranya yang menatapnya khawatir. Untuk saat ini, Derwata tahu jika dia tidak seharusnya bersikap tegar didepan anak anaknya setelah mereka melihat betapa hancurnya dia memohon agar sang istri tidak pergi. Namun dengan bodohnya, Derwata tersenyum tabah menatap Chandra.

Chandra masuk dengan hati hati, anak itu menghampiri ayahnya.

"Ayah enggak apa apa?"

Derwata menggeleng. Menandakan kalau dia baik baik saja meski setelah semua pertengkaran hebat itu. Bodoh memang, tanpa diberitahu pun, Chandra tahu kalau ayahnya mungkin hampir gila.

"Ayah bakalan cerai sama bunda?"

Derwata mengangguk lemah, mau bagaimana lagi?

"Kamu enggak kecewa sama keputusan ayah, kan?"

Raga || NCT dream [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن