41. Benci

4.6K 906 255
                                    

"SELAMAT!!!"

Pram, Hendry dan Jeffry bertepuk tangan meriah sambil membawa sepotong cheesecake dengan lilin diatasnya.

Chandra menatap ketiganya bingung.
"Dalam rangka apa?"

"Dalam rangka lo udah gak gila lagi." Ucap Pram.

"Maksudnya?"

"Lo udah relain bang Alan. Finally after 3 years." Sambung Jeffry.

"Itu bukan sesuatu yang harus dirayain."

Pram mendelik mendengar ucapan Chandra, lelaki itu lantas menampar pelan pipi Chandra.
"Harus dirayain, sebagian dari hidup lo terbuang sia sia karena nangisin Alan."

Chandra tersenyum tipis, lantas meniup lilinnya. Pram dan yang lain lantas bertepuk tangan meriah seolah olah hari ini ulang tahunnya Chandra.

"Gue seneng lo pada akhirnya berdamai sama keadaan. Merelakan seseorang untuk pergi adalah hal yang paling luar biasa yang bisa dilakukan oleh manusia. Terdengar alay, tapi lo akan ngerti kalau udah ngerasain hal itu, iya kan?"

Chandra setuju dengan ucapan Pram.
"Rasanya benar benar lega dan bangga."

"I told you. Lo sih gak percaya." Sambung Jeffry sambil meneguk cola nya.

"Jadi, apa yang akan lo lakuin sekarang?" Tanya Hendry tiba tiba.

"Ketemu sama bunda. Aku juga mau ajak Lele sama Aji untuk ketemu sama bunda."

Ketiganya sontak menatap Chandra. Hening, tak ada yang berkomentar. Baik Pram, Jeffry dan Hendry terkejut dengan ucapan Chandra.

"Untuk... Apa?" Tanya Pram tidak yakin.

"Berdamai." Jawab Chandra enteng.

"Dan setelah berdamai?"

"Mungkin dia bisa balik jadi nyokap gue?"

Pram menghela nafas pelan, lelaki itu mengurungkan niatnya untuk membuka cola. Dia menatap Chandra serius.

Pram menghela nafas pelan.
"Gue gak mau basa basi, jadi gue langsung aja."

"Gue gak setuju."

Tatapan Chandra langsung berubah menjadi bingung.
"Kenapa?"

"Ya mikir dong, tolol. Nyokap lo itu udah ninggalin lo sama saudara saudara lo. Demi apa? Cuma demi harta, Chandra. Dia gak dateng ke pemakaman bokap lo, dan dateng lagi waktu pemakaman Alan sambil ninggalin duit 10 juta. Singkatnya, dia ngebuang lo semua."

"Ya terus? Itu cuma masa lalu. Gue enggak masalah sama sekali dengan itu."

"Oke, gue hargai keputusan lo. Kalau lo mau nemuin dia, silahkan. Tapi sambil bawa Lele dan Aji? Mereka masih kecil, Chan. Mereka—"

"Justru karena itu, Lele sama Aji belum pernah ketemu sama nyokap gue semenjak nyokap gue muncul lagi. Mereka berdua pasti kangen banget."

"Terus lo kira yang lain bakal biarin hal itu? Lo pikir Jendral akan kasih izin mereka untuk ketemu sama nyokap lo? Enggak, Chan."

"Gue emang gak berniat kasih tahu bang Juna sama yang lain."

"Chandra, jangan coba coba deh. Kalian semua udah ngelaluin banyak hal karena nyokap lo itu. Gue tahu dia emang nyokap lo dan statusnya gak akan pernah berubah. Tapi ayo berpikir realistis, apa memang pantes dia dateng ke anak anaknya yang udah dia buang demi harta dengan tampang gak merasa bersalah kayak gitu?"

"Lo jangan bicara yang enggak enggak tentang nyokap gue, dong."

"Enggak! Dengerin gue dulu, gue ngomong begini itu karena gue peduli sama lo! Lo sahabat gue, gue yang tahu gimana hancurnya lo selama ini, gue yang tahu cerita lo lebih dari yang nyokap lo tahu, gue yang tahu gimana kondisi lo, gue yang tahu semua itu, Chandra. Gue enggak mau lo disakiti lagi."

Raga || NCT dream [END]Where stories live. Discover now