14. Mengenang Masa Lalu

6.4K 1.1K 16
                                    

Jendral menatap nanar punggung Chandra yang tidur membelakanginya. Lelaki itu sudah terlelap sekitar 30 menit yang lalu, setelah keduanya terdiam cukup lama ketika Chandra mengaku jika dia merindukan ibunya alih alih merindukan sang ayah maupun Alan.

Jendral mendekat, lantas memeluk punggung itu dari belakang, membuat Chandra sedikit meringis hingga matanya kembali terbuka.

"Lo ngapain sih, Jen? Sempit!"

"Dingin."

"Yaudah kan bisa pakai selimut, ngapain lo dusel dusel, sih?!"

"Diem deh, badan lo hangat."

Chandra pada akhirnya memilih pasrah saja, membiarkan Jendral menyembunyikan kepalanya di balik punggung Chandra.

"Chan..."

"Apa lagi?"

"Lo jangan pernah berubah, ya?"

"Maksudnya?"

"Tetap jadi Chandra yang gue kenal. Meski kadang lo merasa sial banget harus hidup kayak gini, apapun yang terjadi nanti, lo harus tetap jadi Abichandra yang gue kenal."

"Gue kan emang gak pernah berubah." Balas Chandra.

"Gue enggak marah kalau lo lebih memilih bunda daripada ayah. Gue enggak marah kalau lo lebih sayang bang Alan daripada gue, tapi lo harus janji sama gue kalau lo bakalan tetap jadi Chandra yang gue kenal."

"Kenapa lo tiba tiba ngomong kayak gitu, sih? Otak lo mengerut, ya?"

"Please, Chan. Gue enggak mau kehilangan siapapun lagi."

Angin berhembus pelan menerpa surai gelap milik seorang lelaki yang sedang berjongkok di sebelah nisan yang tampak sudah banyak ditumbuhi rumput rumput liar di beberapa sisinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Angin berhembus pelan menerpa surai gelap milik seorang lelaki yang sedang berjongkok di sebelah nisan yang tampak sudah banyak ditumbuhi rumput rumput liar di beberapa sisinya. Kedua netra itu menatap nanar sebuah figura dengan batu marmer yang mengukir nama Alandra Jaya Putra Arkana diatasnya.

Chandra mencabuti rumput rumput liar yang tumbuh dimakam Alan, sesekali lelaki itu menghela nafas pelan. Setelah selesai, Chandra lalu meletakkan seikat bunganya Krisantemum putih diatas malam kakak tertuanya itu.

"Abang, Chandra kangen..."

"Gak apa apa kan, kalau Chandra dateng kesini? Udah lama juga Chandra gak datang lihat abang."

Chandra tersenyum tipis, sejujurnya dia juga sudah sangat lama tidak melihat makam ayahnya. Sang ayah dimakamkan di kampung halamannya, sementara Alan dimakamkan di pemakaman kota. Chandra merindukan keduanya, namun rumah baru sang ayah cukup jauh untuk sering Chandra datangi.

"Abang pernah bilang sama Chandra, kalau hidup harus terus berjalan, dan kita sebagai manusia yang ditinggalkan harus bisa bertahan."

Tangan Chandra gemetar sembari dia mengusap figura itu, lantas bergumam lirih.

Raga || NCT dream [END]Where stories live. Discover now