19. Orang Orang Disekitarmu

5.5K 994 55
                                    

"Jadi... Kamu bunuh diri karena orang orang pada ngejekin kamu anak haram?"

Pram mengangguk pelan. Lelaki baik ini baru saja mengajaknya bicara setelah membelikannya roti dan sekotak susu. Keduanya duduk di pinggir jembatan, entah apa alasan lelaki asing yang mengenalkan namanya dengan nama Alan ini mengajaknya bicara dengan gaya bahasa yang kelewat santai.

"Jadi... Ibu kamu waktu itu lagi pulang kerja, terus... Mohon maaf nih ya, diperkosa orang sampai mengandung kamu? Terus karena kasihan, meski dengan kondisi hancur, marah, kecewa, sedih, akhirnya orang tua kamu memilih merawat dan membesarkan kamu sampai sekarang?"

Pram mengangguk mendengar kesimpulan yang Alan ucapkan setelah mendengar ceritanya.

"Tapi mereka baik sama kamu, kan?"

Pram mengangguk.

"Mereka sayang sayang sama kamu?"

"Sayang banget."

"Terus kenapa kamu marah hanya karena tahu kalau asal usul kamu ternyata seperti itu? Kenapa kamu sampai bunuh diri hanya karena tahu fakta yang enggak seharusnya kamu tahu? Kalau mereka aja sayang sama kamu, kenapa kamu harus peduli tentang hal itu?"

Pram terhenyak mendengarnya.

"Dek, hubungan darah itu enggak akan mempengaruhi hidup manusia setelah dia lahir. Darimanapun kamu, siapapun keluargamu, semua itu enggak penting asalkan kamu hidup ditengah orang orang yang menyayangimu apa adanya."

"Kenapa kamu harus benci sama orangtua kamu disaat mereka bahkan gak pernah benci sama kamu? Kenapa kamu harus merubah cara pandangmu sama ayah kamu sebagai orang asing sementara dia enggak pernah menganggap kamu anak haram?"

"Kenapa kamu harus bunuh diri hanya karena diejek sama orang orang yang cuma tahu secuil kisah hidup kamu? Bukannya itu tindakan gegabah? Iya kan?"

Pram menatap lamat lamat sosok sahabatnya yang sedang duduk di kafetaria dekat kampus. Keduanya beralih untuk duduk disini sehari menikmati secangkir latte. Hendry dan Jeffry harus segera pergi karena mereka masih ada kelas.

Sejak tadi, Chandra hanya diam. Lelaki berisik itu mendadak membisu seolah mulutnya terkunci rapat. Seperti sekarang ini contohnya, Chandra hanya mengaduk kopinya tanpa selera, entah apa yang dia pikirkan.

Setelah bertahun tahun lamanya sejak pertemuan Dengan lelaki asing yang tak akan pernah Pram lupakan, kini dia mengetahui fakta kalau Alan sudah meninggal, karena bunuh diri. Cukup mengejutkan untuknya, sangat mengejutkan karena justru Alan lah yang menolongnya saat hendak mengakhiri hidupnya sendiri. Memberikan petuah masuk akal yang merubah cara pandangnya, hingga setelah berbicara dengan Alan saat itu, Pram pulang ke rumah dan menangis keras di depan orang tuanya, meminta maaf pada mereka setulus mungkin.

Pram kira, masalahnya akan selesai saat itu, karena dia menganggap pikirannya telah terbuka. Namun semakin beranjak dewasa, Pram malah membenci dirinya sendiri. Dia benci karena dia sadar kalau dia tak bisa apa apa, dia sadar kalau dia bahkan tak bisa memberi kebahagiaan yang pasti untuk kedua orang tuanya. Pram dihantui bagaimana caranya agar menjadi anak yang tahu diri, dan bisa membalas budi.

Setiap melihat wajah sangat ayah, dia akan merasa sangat muak pada dirinya sendiri. Bagaimana orang asing yang bahkan tak memiliki hubungan darah dengan dirinya sendiri bisa membesarkannya hingga setulus ini.

"Chan..."

"Hmm?"

"Lo gak apa apa?"

Mendengar hal itu, kepala Chandra terngakat menatapnya, Chandra sontak menyengir lebar.
"Hehe... Lihat deh, Gay. Tadi tuh barista ganteng ngasih gue latte art bentuk hati. Terus gue tanya dong sama barista itu, dia naksir sama gue gak? Soalnya bentukannya hati. Tapi dia malah marah dan bilang gue norak."

Raga || NCT dream [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat