32. Maaf

4.9K 998 131
                                    

Orang orang tak akan pernah mengerti, mungkin bagi mereka, Chandra itu terlalu berlebihan. Namun mereka tak tahu sebesar apa peran Alan baginya.

Kematian Alan itu takdir?

Chandra gak rela dengan statement itu.

"Chan, menurut kamu, kalau ada orang yang tiba tiba nyelonong masuk ke rumah kamu padahal kamu udah larang, kamu bakal gimana?"

"Tendang dia."

"Hahahahaha, iya sihh. Makanya, sejahat apapun dunia sama kamu nanti, kanu enggak boleh nyelonong masuk ke rumah Tuhan, ya? Tuhan pasti bakalan tendang kamu."

Disinilah Chandra, duduk sendirian di pinggir trotoar. Iya, sempat sempatnya tuh anak random banget milih tempat merenung, kayak enggak ada tempat lain aja.

Enggak, bercanda.

Chandra bersandar pada motornya, menatap lurus kedepan sana dimana gedung sekolah berlantai 4 itu berdiri. Chandra melirik jam tangannya, sebentar lagi bel pulang berbunyi.

3...

2...

1...

Ding dong deng!

Butuh waktu beberapa saat sampai Chandra melihat murid murid dari dalam sana berhamburan keluar sekolah, semakin lama semakin ramai, membuat Chandra menatap fokus pada satu per satu rombongan murid murid di depannya.

Dapat!

Chandra menyeberang jalan menuju gerbang sekolah, lelaki itu menghampiri salah satu murid yang berjalan lesu sendirian dengan langkah gontai.

Murid itu bahkan tak sadar jika Chandra sudah berdiri di depannya, lantas dia meringis ketika menabrak Chandra.

Anak itu mengangkat kepalanya, dia sontak terdiam di depan ketika menatap Chandra.

"Ayo pulang."

Aji terdiam sejenak, rencananya dia mau pulang naik angkot aja karena Letnan latihan basket, tapi ternyata Chandra datang tanpa diduga. Agak ragu, namun Aji melanjutkan langkahnya mengikuti Chandra.

"Kita mau kemana?"

Aji bertanya dengan nada ragu, karena Chandra melewati perempatan yang biasanya mereka lewati untuk pulang. Namun lelaki itu tak menjawab, Chandra terus melajukan motornya.

Aji menatap sekitar ketika Chandra membawanya ke daerah yang lumayan jauh dari rumah. Motor Chandra berhenti tepat disebuah kontrakan sederhana namun begitu asri dipandang. Senyuman Aji merekah ketika melihat seorang lelaki tengah santai menyiram bunga dihalaman rumahnya.

"Woy Gay!!"

Suara Chandra yang membahana itu langsung membuat mood Pram hancur begitu saja. Lelaki itu menoleh dengan tatapan mematikan sebelum menyadari ada Aji dibelakang Chandra.

"Loh Aji? Tumben lo bawa dia."

Chandra tak menjawab dan nyelonong masuk begitu aja ke dalam kontrakan Pram.

"Ji, apa kabar? Udah lama enggak ketemu."

"Aku baik."

"Kakak udah dengar semuanya dari Naka. Kalian berantem? Tapi kenapa tuh bocah bawa kamu kesini?"

"Enggak tahu..."

"Yaudah masuk dulu gih, cuacanya lagi puaanaaass banget."

Aji melangkah masuk dengan canggung, dilihatnya Chandra sedang duduk sambil meneguk cola yang entah didapatnya darimana.

"Si anjing, UDAH GUE BILANG KALAU LO BOLEH AMBIL MINUMAN LAIN DI KULKAS GUE KECUALI COLAAA!!!" Bebtak Pram kesal.

"Cuma ini yg ada." Balas Chandra santai.

Raga || NCT dream [END]Where stories live. Discover now