2. Pro Kontra Sabun

13.2K 1.7K 166
                                    

"AAAAAAAAAA!!!!!"

Naka hanya bisa menatap Chandra dengan tatapan datar layaknya psikopat. Dia benar benar dibuat gila sama anak itu. Kaki Chandra terkilir, dan kata dokter kakinya hanya perlu di perban untuk beberapa hari kedepan, kalau bisa, kakinya Chandra di urut pelan pelan supaya proses pemulihannya bisa lebih cepat, DAN ITU YANG SEDANG NAKA LAKUKAN SEKARANG INI!!!! TAPI SIALNYA, SEORANG ABICHANDRA HAIKAL PRADIPTA TERUS MENERUS MEMEKIK KENCANG LAYAKNYA MAU DIPERKOSA PADAHAL NAKA BARU MAU MENYENTUH KAKINYA!!!

Jendral hanya bisa geleng geleng kepala dan berdoa semoga Tuhan masih mau memberikan stok kesabaran pada Naka meski hanya sedikit. Dia aja sudah dongkol lihat Chandra teriak teriak begitu, yang seharusnya acara urut mengurut itu bisa selesai dalam 30 menit, ini sudah mau satu setengah jam pun belum selesai selesai.

"Aduh aduh aduh aduh... Naka, pelan pelan dong..." Lirih Chandra dramatis.

"GUE BARU MEGANG KAKI LO, YA!!!" Sentak Naka kesal setengah mati.

"Iya, tapi pegangnya pelan pelan ajaaaa..."

"EMANG PELAN, CHANDRA!!! GUE CUMA MEGANG KAKI LO, BUKAN MAU BIKIN KAKI LO JADI RENDANG!!!"

Chandra hanya bisa pasrah pada akhirnya. Membiarkan Naka secara perlahan dan hati hati mulai mengurut kalinya.

"ANJING!!! SAKIT!!!" Pekik Chandra saat Naka menekan salah satu titik dimana rasa sakit itu berasal.

Jendral seketika menyentil mulut Chandra.
"Bang Njun ada di rumah, goblok. Mulut lo jaga."

"Ya kan reflek..." Cicit Chandra sambil mengusap bibirnya.

"Lo kenapa gak bantuin gue sih?! Lo gak lihat kaki gue begini?! Mana tadi pas gue kepeleset lo cuma diem doang gak nolongin!"

Kedua alis Jendral terangkat.
"Gue kasih pertolongan P3K buat lo padahal."

"P3K apanya?!" Sewot Chandra.

"Pertolongan pertama pasti ketawa, hahahahahaha!!!"

"Sialan lo!!"

Naka kembali mengurut kaki Chandra. Kali ini pekikan lelaki itu terdengar lebih keras dan dramatis dari sebelumnya. Letnan yang di lantai dua saja sampai menyumpal telinganya dengan kapas karena teriakan Chandra begitu membahana sampai ke setiap sudut rumah. Letnan jadi cemas kalau ada tetangga yang dengar, kan nanti bisa salah paham. Ntar Chandra dikira diapain lagi.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"

"Capek gue, capek..." Lirih Jendral sambil mengusap telinganya.

"Chandra, diem dulu atau gue sumpel mulu lo!" Ancam Naka.

"Iya... Sumpel aja sumpel..." Balas Chandra pasrah.

Naka memang tak main main dengan ucapannya. Dia benar benar menyumpal mulut Chandra dengan handuk kecil yang dia temukan sembarangan di dapur. Chandra tidak tahu kalau handuk itu bekas ngelap kompor, jadi tidak apa apa.

"HMMMPHHHHHH!!!!"

Chandra menggeliat sambil berusaha menahan teriakannya dan menggigit handuk itu kuat kuat.

"HMMMMPPPHHHH!!!!!"

Jendral yang sedari tadi menonton drama keduanya sesekali meringis pelan. Wahh... Rasanya pasti sangat sakit, Jendral tanpa sadar jadi mengusap kakinya sendiri. Naka itu persis seperti ibu ibu. Tahulah maksudnya, kekuatan tangannya tidak main main, Naja masuk list orang nomor satu yang dihindari Arkana bersaudara jika ada salah satu dari mereka yang bagian tubuhnya ada yang keseleo, pegel, terkilir, atau apa lah.

Dengan keterampilan mengurutnya, Naka bahkan sering dipanggil tetangga untuk mengurut dengan imbalan ciki ciki warung yang sangat disukainya.

Jika kalian bertanya bagaimana kondisi Chandra sekarang. Dia persis seperti orang yang pas tidur, tiba tiba ada kecoak masuk ke dalam bajunya. Chandra menggeliat hebat diatas kasur dengan tungkai kaki yang
Naka cengkram kuat kuat. Naka sesekali berdecak kesal karena kaki Chandra yang satu lagi kerap kali tak sengaja menendangnya.

Raga || NCT dream [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora