31. Denial

4.3K 919 160
                                    

"Aji kangen bundaaaa!!!"

"Aji maunya sama ayah!!!"

"Bang Alan!!! Aji kangen bang Alaaannn!!!"

"Bunda mana?!!! Aji maunya sama bundaaaa!!!!"

"PEDULI APA LO KALAU GUE MATI?!! LO JUGA ENGGAK BAKALAN NANGISIN GUE KAYAK LO NANGISIN BANG ALAN!!!"

"BIARIN, BIAR TUH ANAK NGERTI KALAU BUKAN KARENA DIA YANG NGERENGEK KANGEN SAMA BUNDA, PEREMPUAN ITU ENGGAK AKAN JADI BEBAN PIKIRAN GUE!!!"

"JANGAN SAMAIN GUE SAMA BOCAH INGUSAN GAK TAHU DIRI ITU!!! GUE BUKAN BEBAN YANG MENTALNYA HARUS DITOPANG SAMA KAKAK KAKAKNYA!!!"

Aji meringkuk di halaman belakang, terisak pelan namun begitu dalam. Dadanya terasa sesak, suara bentakan keras Chandra begitu terngiang ngilang di kepalanya.

GUE BUKAN BEBAN YANG MENTALNYA HARUS DITOPANG SAMA KAKAK KAKAKNYA!!!

Bahu Aji bergetar kuat, hingga anak itu tersentak ketika mendapati elusan di punggungnya.

Aji mengangkat kepalanya. Ada Naka disana, tersenyum teduh sembari menatap si bungsu.

Naka ikut duduk di sebelah sang adik, membuat Aji sontak menghapus kasar air matanya.

"Omongan Chandra tadi, jangan dimasukin ke hati."

Aji tak menjawab, namun justru kembali bertanya.
"Ngapain aja tadi waktu dipanggil bang Juna?"

"Enggak ngapa ngapain. Cuma ngobrol sedikit aja, terus damai deh." Balas Naka santai.

Naka menoleh ke sebelahnya. Aji masih duduk sembari memeluk kakinya, menyembunyikan wajah sembabnya dibalik lutut.

"Kamu enggak seperti apa yang Chandra bilang kok."

Aji tak menjawab.

"Hei, abang serius."

Naka menghela nafas pelan karena sama sekali tak mendapat respon dari sang adik.

"Abang enggak minta kamu untuk ngertiin posisi Chandra. Tapi kamu harus tahu, setiap orang punya fase berdukanya masing masing, dan durasinya pun berbeda beda. Untuk saat ini, meski udah lewat 5 tahun semenjak ayah pergi, dan 2 tahun semenjak bang Alan nyusul ayah, Chandra masih berduka, jadi kadang dia gelap mata dan ngomongnya asal bunyi. Kalau udah kayak gitu, sebagai lelaki dewasa, seharusnya kamu enggak anggap serius ucapan dia. Iya, kan?"

"Oke, Abang ngerti kamu sakit hati sama ucapan dia. Tapi itu enggak menjadi alasan kalau kamu jadi menjauh dan benci sama saudara kamu sendiri. Dek, kita cuma punya satu sama lain sekarang. Abang yakin, nanti kalau Chandra udah baikan, dia pasti bakalan minta maaf sama kamu. Selama ini juga begitu, kan?" Ucap Naka lagi.

Aji masih tak bergeming dari posisinya. Naka mengerti, dia tak ingin memaksa. Lelaki itu bangkit dan mengusap kepala sang adik sebelum beranjak pergi dari sana.

"JANGAN SAMAIN GUE SAMA BOCAH INGUSAN GAK TAHU DIRI ITU!!! GUE BUKAN BEBAN YANG MENTALNYA HARUS DITOPANG SAMA KAKAK KAKAKNYA!!!"

Naka tak akan pernah mengerti. Ucapan Chandra itu, akan Aji ingat seumur hidupnya.

Aji, cukup tahu diri sekarang.

Aji, cukup tahu diri sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Raga || NCT dream [END]Where stories live. Discover now