16. Renjuna Arkana

6.8K 1K 30
                                    

Sebenarnya, siklus kehidupan manusia memang pantas diibaratkan dengan roda yang berputar, entah itu soal usia, karir, bisa juga soal cinta dan perasaan.

Ketika lahir, kita sudah mulai belajar. Belajar mengenal sekitar, mengenal warna, mengenal, apa itu air, udara, tanah, mengenal orang orang, ayah, ibu, mengenal yang namanya rumah, dan apa yang disebut dengan kehidupan. Setelah beranjak kanak kanak, kita akan sekolah, mulai memahami cara berhitung, logika, dan berbagai hal akademik lainnya. Setelah itu kita kuliah, memahami kinerja sesuatu dengan penjelasan yang lebih detail, sibuk dengan tugas, makalah, proposal, ini dan itu, belum lagi harus mengejar dosen kesana kesini, sampai menyusun skripsi dan wisuda. Setelah wisuda, kita akan bekerja, berkerja terus sampai mampus. Bekerja terus menerus sampai pada akhirnya kita berpulang.

Kesimpulannya, jika siklus manusia ditetapkan seperti itu, lantas apa tujuan seseorang dilahirkan?

Pertanyaan itu yang terus belum bisa Juna jawab sampai dia bahkan dewasa. Dia pernah bertanya pada ayahnya apa alasan seseorang dilahirkan, namun kala itu sang ayah hanya tersenyum dan bilang,

"Nanti kamu juga akan mengerti, Juna."

Tapi usianya sudah menginjak kepala dua sekarang, sudah dewasa. Kenapa dia masih belum mengerti hal itu?

Tes!

"Akhh..."

Juna sontak mendongak ke atas, tangan kanannya sibuk meraba raba meja untuk meraih tissue.

Selalu seperti ini.

Juna menatap nanar kertas besar berisi desain sebuah bangunan yang sedang dia dan timnya kerjakan sekarang ini. Jika gagal, investor akan membatalkan kerja sama, jika sudah begitu, Juna bisa bisa saja diturunkan jabatannya.

Juna menggeleng pelan, membuka laci dan meraih obat pereda sakit kepala. Belakangan ini dia sedang sibuk, hingga lupa jika dia juga seorang manusia. Asam lambung Juna sudah sangat sering kambuh, dia juga mulai sering mimisan karena kelelahan. Kepalanya sangat sakit, rasanya seperti mau pecah saja. Namun meski begitu, Juna tetap mengabaikannya, batu emang.

Juna menghela nafas pelan, lelaki itu mengerjap dan kembali pada fokus utamanya tadi. Dengan teliti, dan dengan pensil yang tinggal seujung jari itu, Juna kembali mendesain bangunan yang sempat tertunda tadi. Mata lentiknya menatap serius kearah kertas besar dihadapannya, sesekali dia meniup anak rambut yang menganggu matanya.

Setelah sekian lama berkutat pada pekerjaannya, Renjuna tersenyum tipis, setidaknya sebagian dari desain itu sudah selesai, besok akan dia lanjutkan di kantor sekalian direvisi bersama timnya. Renjuna membereskan kertas kertasnya, menggulung desain itu dan memasukkannya ke tabung gambar.

Juna duduk bersandar di kursinya. Menatap meja kerjanya yang bahkan tak tampak lagi karena tertutup sekian banyak file, kertas, dan benda benda lainnya, belum lagi kertas kertas yang Juna tempel di dinding, sebagian berberisi jadwal deadline, beberapa plan nya, ide ide, rancangan desain, dan banyak lagi.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Raga || NCT dream [END]Where stories live. Discover now