9. Lika Liku Diri Sendiri

7.1K 1.2K 29
                                    

Cessssss!

"Orang mabuk pake miras, kita ntar mabuk gara gara cola." Uacp Hendry datar sembari menatap kaleng soda yang Jeffry belikan. Katanya sihh, untuk merayakan kalau persentasi mereka dapet nilai bagus. Lumayanlah naikin IPK. Mereka berempat memang berada di rooftop salah satu kantor cabang perusahaan keluarga Jeffry. Karena kebetulan itu gedung yang paling deket sama kampus, jadi mereka sering kesana. Bisa dibilang, rooftop itu semacam basecamp.

Jeffry terkekeh pelan dan meneguk colanya.

"Chat-an sama siapa lo? Tono apa Tini nihh?" Goda Pram menyenggol pelan pengan Chandra. Soalnya Chandra sedari tadi tampak sibuk berkutat dengan hpnya.

"Sama om Burhan. Dia mau transfer gue 8 juta kalau gue dinner sama dia. Menurut lo, gue harus terima apa enggak nih?" Balas Chandra santai disertai dengan muka tengilnya.

"Sakit lo!"

Tawa Chandra meledak melihat reaksi kaget Pram. Ada ada saja anak itu, gitu aja kok percaya? Mau aja dikibulin sama sepupu master Limbad.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Pram.

Jeffry melirik Jam tangan Rolex miliknya.
"Setengah tujuh."

"Buset, langitnya gila parah. Kayak gradasi biru ternyata ke gelap gitu." Gumam Hendry kagum.

Chandra hanya tersenyum mendengar nya, lantas tak ada yang membuka suara lagi setelah itu. Keempatnya hanya menatap langit sampai benar benar berubah menjadi malam sepenuhnya sambil sesekali meneguk cola masing masing.

"Bonyok gue bakalan cerai nihh..."

Mereka sontak langsung serentak menatap Hendry. Sementara sang empunya hanya terkekeh dan terlihat sangat santai.

"Napa lo semua liatin gue? Ada kutu yang nempel di rambut gue, ya?"

"Ck!" Pram sebal dibuatnya, bisa bisanya bercanda pas doi mau curhat.

"Kata tuh pasangan tua, karena gue belum lulus kuliah, itu artinya gue masih jadi tanggung jawab mereka. Jadi gue disuruh pilih mau ikut siapa, karena gue bingung, gue minta nge kost aja. Menurut kalian pilihan gue bener, gak?"

Sebagai anak rantau, Pram lanats memberikan petuah.
"Menurut gue sihh bener. Tapi suka duka anak kost itu ada banyak sihh. Dukanya, ya lo jadi ribet ngurusin diri lo sendiri. Nyuci baju sendiri, masak untuk perut sendiri, beresin kamar lo sendiri, nyuci piring lo sendiri, apa apa serba sendiri. Kadang ngerasa kesepian, atau sering banget kangen sama rumah, gak ada yang nyambut lo pulang, ngomelin lo, pokoknya lo alone dehh."

"Tapi yang enaknya itu, ketika lo udah sampai di kost-an lo, lo bisa berubah 180 derajat jadi diri lo sendiri. Begadang, ya begadang aja. Ketawa sekenceng mungkin terus nangis sambil maki maki juga gk bakalan ada yang protes, lagian lo juga tinggal sendiri. Kalau lo mau nangis, nangis aja. Hidup sendirian itu gak mengenal yang namanya topeng. Gausah pake nangis tanpa suara, nangis aja sekenceng mungkin, sambil ketawa, atau marah marah, sambil nonton drakor, atau nonton Ipin Upin juga sabi. Gimana ya... Selama gue merantau, gue itu jadi lebih ekspersif sama diri sendiri."

"Jadi menurut gue, pilihan lo bagus sihh. Kalau bisa sewa apartemen aja tuhh, kayak tuan Anderson yang terhormat."

Jeffry melirik Pram. Tampak anak itu menaik turunkan alisnya sambil menatap Jeffry dengan senyuman picik.

Chandra terkekeh pepan mendengar penuturan gak jelas yang Pram lontarkan, tangan kanannya terangjat dan menepuk pundak Hendry yang ada disebelahnya.
"Kalau menurut gue nihh ya, lo cari sugar mommy aja dehh."

"Maunya sih gitu, Chan. Kirim link tele untuk sewanya dong."

"Gampang! Selama ada abang Chandra, semuanya beres."

Raga || NCT dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang