24 (fakta tersembunyi)

29 18 2
                                    

"Hy nona.."ucap Zahra tersenyum.

Mata tajam menatap kearah Zahra namun tatapan itu tak digubris oleh sang empu karena sudah terbiasa dengan tatapan mata tajam dari sang jendral.

"Sudah jangan menatap begitu aku membelikan susu dan coklat." Ucap Zahra meletakkan Katong plastik diatas meja didekatnya.

"Hmm.."

"Ais tetap seperti biasa.." ucap Zahra pasrah.

"Oh ya bukannya kau memintaku untuk mendaftarkan dirimu disekolah SMA tersebut.." ucap Zahra menatap kearah gadis yang seusia Vona tersebut yang kini berstatus Jendral bintang enam walau masih diusia muda.

"Ya karena aku ingin mencoba mencari mengalaman.." ucap gadis itu meminum susu pemberian Zahra.

"Pantas saja tapi IQ milikmu itu bukan main-main tapi kau malah lebih memilih untuk bersekolah lagi padahal guru disana tidak sepadan dengan mu.."ucap Zahra enteng.

"Entahlah ada perasaan aneh namun aku ingin mencoba mencari tahu apa perasaan tersebut.." ucapnya dingin sembari menatap kearah jendela yang menampakkan suasana kota dengan penuh kebisingan kendaraan walaupun sudah tengah malam.

"Baiklah jika begitu aku ingin kembali kekamar selamat malam dan semoga berhasil.." ucap Zahra meninggalkan gadis itu dengan tatapan sulit diartikan.

"Hmm.."

Gadis itu masih fokus pada pandangan diluar jendela tanpa perduli dengan waktu baginya tidur hanyalah membuang tenaga dan waktu itu sebabnya ia tidak tidur dulu.

"Aku tahu namun aku harus pura-pura tidak tahu.." ucap gadis itu sembari berbalik dan menutup gorden ruangan dan mematikan lampu lalu merebahkan tubuhnya di sofa ruang tersebut.

Pagi pun tiba burung-burung mulai berterbangan dan kendaraan lalu lintas pun mulai bergerak namun gadis yang tengah duduk tapi Mata terpejam yang lebih tepatnya mengumpulkan nyawanya yang masih dalam keadaan antara sadar tak sadar.

"Vona sekolah woi kagak bangun lo kebo.." ucap Arsya menggedor pintu kamar milik Vona.

"Woi dengar gakk.." ucapnya lagi

"Diem monyet gua lagi ngumpul nyawa dulu.." ucap Vona emosi.

"Memang nyawa Lo terbelah berapa sampe ngumpul dulu.." pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan oleh Arsya yang membuat Vona benar-benar emosi karena sifat Arsya yang selalu buat darting padahal ini masih pagi.

Vona turun dari kasurnya langsung berjalan menuju pintu kamar.

Plak..

Tamparan tepat dikepala Arsya yang membuat sang empu meringis kesakitan karena ulah Vona yang menatap keras dikepala Arsya.

"Sakit tau.."ucap Arsya mengelus kepalanya.

"Lo itu bisa gak Jan buat darting ini masih lagi bego.." ucap Vona yang meluap-luap.

"Niat gua baik.." ucap Arsya membela.

"Baik apanya anj sana pergi.." ucap Vona langsung menutup pintu kamar milik dengan keras.

"Aduh untuk idung gua gak ilang.." ucap Arsya mengelus hidung peseknya itu.

Setelah drama dipagi hati kini mereka telah tiba disekolah dalam keadaan damai anyem hingga sosok Keyzia muncul.

Brakk.

Arsya tersingkir kebawah begitu juga dengan gadis yang menabraknya yaitu Keyzia.

"Ah maaf kak Arsya.." ucap Keyzia takut.

"Lo bisa jalan gak sih ini gua kesakitan.." ucap Arsya sembari bangun yang dibantu oleh Vona.

"Hiks..maaf key kak gak sengaja..." Ucapnya sambil menangis.

ANTAGONIS X PROTAGONIS [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang